Setiap kendaraan bermotor di wajibkan memasang plat nomor kendaraan yang berisi kombinasi huruf dan angka.
Huruf dan angkanya juga amburadul, kadang sampai susah ngafalinnya. Tapi sekarang kalau mau nomor cantik, tinggal beli saja, gampang.
Tapi kadang kita suka aneh dengan huruf di plat nomor kendaraan misalnya Jakarta, kenapa pakai plat B. Lalu Surabaya pakai plat L, kenapa tidak disesuaikan dengan nama daerahnya. Misalnya kalau Jakarta pakai plat J, Surabaya pakai plat S karena huruf depannya S.
Atau diurutkan saja dari mulai Sumatra sampai Papua, dari A hingga Z. Jadi, misalnya area Sumatra pakai plat nomor diawali huruf A, Jawa B, Kalimantan C, Sulawesi D, dst.
Kenapa harus amburadul seperti sekarang.?
Ternyata, penentuan huruf depan di plat nomor kendaraan bermuasal dari sejarah masa lampau ketika negeri kita ini di jajah oleh Inggris.
Konon ceritanya, Kala itu Inggris mengirimkan ribuan pasukan yang terbagi menjadi 26 batalion. Setiap batalion di beri kode huruf dari A sampai Z.
Kebetulan saat itu, batalion B berhasil menaklukan Batavia sehingga Jakarta menggunakan plat nomor berawalan huruf B. Sama juga dengan Bndung yang di rebut oleh batalion D, Bogor oleh batalion F, dst.
Sementara sebagian daerah lainnya diduduki oleh dua batalion sekaligus seperti Yogyakarta oleh batalion A dan B. Batalion A dan D ke Solo, A dan E ke Madiun, A dan G ke Kediri.
Kalau di perhatikan, sepertinya batalion A yang sering kesana kemari keliling hampir keseluruh Jawa, mulai Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
Itulah kira-kira awal mula penentuan huruf depan di plat nomor.
Pada perkembangannya, pemilihan huruf depan plat nomor tidak lagi berpatokan pada sejarah penjajahan, seperti daerah Kalimantan, beberapa plat nomor di dasari pada inisial propinsi tempat kendaraan terdaftar.
Seperti KT untuk plat nomor Kalimantan Timur. Konon KT diambil dari inisial Kutai yang merupakan kerajaan yang terkenal di sana. Kemudian DA untuk daerah Kalimantan Selatan karena merupakan tempat berasalnya suku Dayak Asli. Sementara Kalimantan Tengah pakai KH karena suku asli yang terkenal disana adalah Dayak KaHaringan.
Atau ada pertimbangan lain, mengikuti pola yang sudah ada.
Seperti daerah Kebumen yang pakai plat nomor mulai huruf AA. Masa' iya batalion A, dua kali menaklukan daerah Kebumen dan sekitarnya. Atau mungkin bisa jadi batalion A dulunya datang ke Kebumen terbagi menjadi dua gelombang sehingga jadinya plat nomor Kebumen, Magelang, Wonosobo dan sekitarnya pakai plat AA. Hehehe
Setidaknya beberapa daerah di jaman penjahan dulu menggunakan metode pengkodean ini. Dimana kala itu, kendaraan bermotor yang di bawa penjajah sebagai alat transportasi kebanyakan berada di pulau Jawa.
Jadi bayangkan ini terjadi di abad 18 yaa.. dimana kala itu nenek moyang kita belum kepikiran beli motor / mobil seperti sekarang. Bagaimana mau beli kendaraan, lahwong masih dijajah.
Jadi mungkin kala itu pasukan Inggris bawa motor/mobil dari negerinya sana. Yang di pakai batalion A di kasih kode plat nomor dengan huruf A, begitu juga batalion B, C, D, dst. Mungkin yaa.. dan akhirnya menjadi asal muasal pengkodean plat nomor kendaraan sekarang ini.
Kemudian untuk huruf di bagian akhir setelah angka adalah merupakan kode area kota/kabupaten tempat motor terdaftar.
Misalnya kalau ada plat nomor N XXXX AX, berarti motor tersebut terdaftar di kota Malang. Kalau N xxxx PX berarti dari kota Probolinggo. Begitu juga kota lainnya.
Tapi huruf di bagian akhir rangkaian plat n juga yang di bedakan berdasarkan kelurahannya. Misalkan plat nomor Surabaya adalah plat L. Nanti di kelompokan lagi dari huruf dibelakangnya masing-masing untuk setiap area misalnya Surabaya Timur, Tengah, barat, dst.
Ini sekedar cerita saja, mungkin detailnya kurang tepat, tapi semoga bisa menjadi referensi bagi yang sedang mencari informasi sejarah plat nomor kendaraan. Semoga bermanfaat.