Berternak ikan lele bisa di lakukan pada beraneka macam media kolam mulai dari kolam tanah, kolam terpal, kolam beton ataupun kolam jaring.
Setiap jenis kolam memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Setiap jenis kolam memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kolam tanah memiliki kelebihan karena memiliki karakter alami yang memungkinkan ikan merasa berada di habitat alaminya.
Kolam tanah memiliki ketersediaan makanan yang cukup sehingga tidak terlalu bergantung pada pakan tambahan meskipun tetap juga harus di beri makan apalagi kalau untuk ikan yang akan di komersilkan.
Namun kelemahannya adalah proses pengendalian populasi ikan yang agak sulit di kontrol.
Apalagi kalau berencana ternak ikan lele yang punya sifat menyusup membuat lubang dalam lumpur. Atau ketika musim hujan yang bisa membuat air meluap hingga permukaan air kolam naik melebihi pematang maka ikan bisa meloncat keluar kolam.
Lain lagi dengan Kolam terpal atau kolam beton yang populasi ikannya sangat terkendali, begitupun dengan pengendalian debit air dan mengatur sirkulasi air akan sangat cepat bisa dengan mudah dilakukan.
Namun kolam terpal atau beton perlu dilakukan persiapan kondisi kolam semaksimal dan se-ideal mungkin agar bibit ikan yang ingin di tebar dan di besarkan tidak mati karena kondisi kolam kurang memadai.
Untuk mendapatkan kelebihan kolam tanah dan tetap bisa lebih praktis seperti kolam terpal maka bisa di ambil jalan tengah yaitu membuat kolam dengan sistem Jaring Apung.
Kolam tanah memiliki ketersediaan makanan yang cukup sehingga tidak terlalu bergantung pada pakan tambahan meskipun tetap juga harus di beri makan apalagi kalau untuk ikan yang akan di komersilkan.
Namun kelemahannya adalah proses pengendalian populasi ikan yang agak sulit di kontrol.
Apalagi kalau berencana ternak ikan lele yang punya sifat menyusup membuat lubang dalam lumpur. Atau ketika musim hujan yang bisa membuat air meluap hingga permukaan air kolam naik melebihi pematang maka ikan bisa meloncat keluar kolam.
Lain lagi dengan Kolam terpal atau kolam beton yang populasi ikannya sangat terkendali, begitupun dengan pengendalian debit air dan mengatur sirkulasi air akan sangat cepat bisa dengan mudah dilakukan.
Namun kolam terpal atau beton perlu dilakukan persiapan kondisi kolam semaksimal dan se-ideal mungkin agar bibit ikan yang ingin di tebar dan di besarkan tidak mati karena kondisi kolam kurang memadai.
Untuk mendapatkan kelebihan kolam tanah dan tetap bisa lebih praktis seperti kolam terpal maka bisa di ambil jalan tengah yaitu membuat kolam dengan sistem Jaring Apung.
Kolam tanah dengan menggunakan waring seperti ini memiliki keuntungan terbentuknya ekosistem yang alami seperti kolam tanah tapi ruang lingkup ikan yang lebih terkendali seperti pada penggunaan kolam terpal.
Kolam tanah dengan jaring apung dapat memudahkan untuk proses kontrol populasi ikan dan proses panen ketika waktunya tiba.
Kita bisa langsung mengangkat jaringnya dari kolam untuk memanen atau menyortir ikan sesuai besar dan beratnya.
Kolam tanah dengan jaring apung seperti ini tidak terlalu banyak makan biaya tapi perlu lumayan menghabiskan banyak tenaga khususnya untuk menggali kolam tanah.
Setelah tanah di gali dengan kedalaman secukupnya sekitar 1 – 1 1/2 meter kemudian siapkan waring atau jaring yang biasa untuk tambak.
Waring bisa beli jadi atau beli meteran kemudian di jahit sendiri menjadi bentuk kotak sesuai ukuran kolam.
Harga waring permeternya antara 5 – 7 ribuan. Ukuran waring yang bisa digunakan adalah waring yang lebar 120 Cm.
Siapkan tiang peyangga waring yang di tancapkan ke dasar kolam untuk tempat mengikat waring nantinya.
Jika tinggi air kolam cukup dalam anda bisa menggunakan sistem apung, tapi jika ketinggian air kolam rendah anda bisa membiarkan bagian bawah waring menyentuh dasar kolam.
Masukan waring kedalam kolam dan ikat setiap sudutnya ke tiang penyangga, ikat juga bagian dasar waring ke tiang penyangga bagian bawah atau beri pemberat di setiap sudutnya..
Setelah waring terpasang, biarkan waring terendam beberapa minggu (1-3 minggu) agar kandungan kimia yang terbawa selama proses produksi dan mungkin masih menempel pada waring bisa ternetralisir.
Selain itu, proses perendaman juga bertujuan untuk membuat waring terlapisi lumut untuk sedikit melunakan ujung-ujung serabut benang waring yang lumayan tajam dan bisa melukai bibit ikan lele yang di tebar nantinya.
Selama proses perendaman, bisa ditambahkan tanaman eceng gondok pada kolam untuk mengkondisikan air kolam agar lebih bersih dan "layak huni".
Setelah waring di rendam, barulah mulai menebar bibit ikan yang ingin di ‘tanam’. Pada kolam percobaan kali ini diisi dengan ikan lele ukuran 6-7 cm yang katanya sudah lebih tahan dan sudah bisa makan pelet sehingga rasio kematiannya lebih kecil dibanding lele yang ukurannya lebih kecil yaitu 4-5 cm.
Kalau lokasi sekitar kolam tidak ada pohon peneduh bisa di beri daun pisang atau eceng gondok agar bisa jadi peneduh bagi ikan jika cuaca terik.
Eceng gondok juga bisa membantu mentralisir amoniak dari sisa pakan atau kotoran ikan lele yang mengendap di dasar kolam. Semoga bermanfaat.
Kolam tanah dengan jaring apung dapat memudahkan untuk proses kontrol populasi ikan dan proses panen ketika waktunya tiba.
Kita bisa langsung mengangkat jaringnya dari kolam untuk memanen atau menyortir ikan sesuai besar dan beratnya.
Kolam tanah dengan jaring apung seperti ini tidak terlalu banyak makan biaya tapi perlu lumayan menghabiskan banyak tenaga khususnya untuk menggali kolam tanah.
Setelah tanah di gali dengan kedalaman secukupnya sekitar 1 – 1 1/2 meter kemudian siapkan waring atau jaring yang biasa untuk tambak.
Waring bisa beli jadi atau beli meteran kemudian di jahit sendiri menjadi bentuk kotak sesuai ukuran kolam.
Harga waring permeternya antara 5 – 7 ribuan. Ukuran waring yang bisa digunakan adalah waring yang lebar 120 Cm.
Siapkan tiang peyangga waring yang di tancapkan ke dasar kolam untuk tempat mengikat waring nantinya.
Jika tinggi air kolam cukup dalam anda bisa menggunakan sistem apung, tapi jika ketinggian air kolam rendah anda bisa membiarkan bagian bawah waring menyentuh dasar kolam.
Masukan waring kedalam kolam dan ikat setiap sudutnya ke tiang penyangga, ikat juga bagian dasar waring ke tiang penyangga bagian bawah atau beri pemberat di setiap sudutnya..
Setelah waring terpasang, biarkan waring terendam beberapa minggu (1-3 minggu) agar kandungan kimia yang terbawa selama proses produksi dan mungkin masih menempel pada waring bisa ternetralisir.
Selain itu, proses perendaman juga bertujuan untuk membuat waring terlapisi lumut untuk sedikit melunakan ujung-ujung serabut benang waring yang lumayan tajam dan bisa melukai bibit ikan lele yang di tebar nantinya.
Selama proses perendaman, bisa ditambahkan tanaman eceng gondok pada kolam untuk mengkondisikan air kolam agar lebih bersih dan "layak huni".
Setelah waring di rendam, barulah mulai menebar bibit ikan yang ingin di ‘tanam’. Pada kolam percobaan kali ini diisi dengan ikan lele ukuran 6-7 cm yang katanya sudah lebih tahan dan sudah bisa makan pelet sehingga rasio kematiannya lebih kecil dibanding lele yang ukurannya lebih kecil yaitu 4-5 cm.
Kalau lokasi sekitar kolam tidak ada pohon peneduh bisa di beri daun pisang atau eceng gondok agar bisa jadi peneduh bagi ikan jika cuaca terik.
Eceng gondok juga bisa membantu mentralisir amoniak dari sisa pakan atau kotoran ikan lele yang mengendap di dasar kolam. Semoga bermanfaat.