Sistem pelumas pada mesin kendaraan bermotor menjaga agar setiap komponen tidak saling bersinggungan/bergesekan secara langsung.
Media pelumas akan menciptakan lapisan film yang sangat tipis antara tiap-tiap komponen didalam mesin, agar mesin dapat bekerja dengan tingkat gesekan seminim mungkin, sehingga komponen mesin tidak mudah aus.
Ketika membaca keterangan teknis sebuah kendaraan melalui brosur yang biasa dibagikan mbak SPG cantik secara gratis, yang terkadang sulit dipahami saat menceritakan spek kendaraan yang di tawarkannya. Paras cantiknya kadang membuat otak susah konek, seperti handphone harga 4jt tanpa sinyal 4G (#plonga-plongo).
Dalam brosur yang dibagikan tersebut tak jarang kita menemukan informasi terkait sistem pelumasan yang digunakan pada kendaraan yang bersangkutan.
Dry Sump dan Wet Sump system biasa ditemukan pada kolom spesifikasi mesin kendaraan.
Dry Sump dan Wet Sump? hmm...
...Mungkinkah varian baru dari Dim-Sum.
Setelah di telisik lebih dalam, Dim-Sum ternyata tidak ada hubungannya dengan Dry-Sump ataupun Wet-Sump, dan faktanya Dim sum ternyata tidak mengenal Dry Sump dan Wet Sump, bahkan dia berada di dunia yang berbeda.
Agar tidak bingung lagi, mari kita kenali sistem pelumasan pada mesin kendaraan bermotor
Pada mesin 4 langkah, terdapat dua tipe sistem pelumasan yang sering di temui yaitu;
1. Wet Sump
Sistem wet sump biasa juga dikenal dengan sistem pelumasan basah. Sistem ini meletakan penampung oli (oil pan/kalter) di ruang engkol, jadi ruang engkol juga berfungsi untuk menampung minyak pelumas yang di butuhkan mesin.
Untuk itulah mengapa ruang engkol pada mesin yang menggunakan sistem pelumasan basah berukuran relatif besar.
Sistem pelumasan basah sendiri di bagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu;
Media pelumas akan menciptakan lapisan film yang sangat tipis antara tiap-tiap komponen didalam mesin, agar mesin dapat bekerja dengan tingkat gesekan seminim mungkin, sehingga komponen mesin tidak mudah aus.
Ketika membaca keterangan teknis sebuah kendaraan melalui brosur yang biasa dibagikan mbak SPG cantik secara gratis, yang terkadang sulit dipahami saat menceritakan spek kendaraan yang di tawarkannya. Paras cantiknya kadang membuat otak susah konek, seperti handphone harga 4jt tanpa sinyal 4G (#plonga-plongo).
Dalam brosur yang dibagikan tersebut tak jarang kita menemukan informasi terkait sistem pelumasan yang digunakan pada kendaraan yang bersangkutan.
Dry Sump dan Wet Sump system biasa ditemukan pada kolom spesifikasi mesin kendaraan.
Dry Sump dan Wet Sump? hmm...
...Mungkinkah varian baru dari Dim-Sum.
Setelah di telisik lebih dalam, Dim-Sum ternyata tidak ada hubungannya dengan Dry-Sump ataupun Wet-Sump, dan faktanya Dim sum ternyata tidak mengenal Dry Sump dan Wet Sump, bahkan dia berada di dunia yang berbeda.
Agar tidak bingung lagi, mari kita kenali sistem pelumasan pada mesin kendaraan bermotor
Pada mesin 4 langkah, terdapat dua tipe sistem pelumasan yang sering di temui yaitu;
- Wet sump lubrication system (sistem pelumasan basah)
- Dry sump lubrication system (pelumasan kering)
1. Wet Sump
Sistem wet sump biasa juga dikenal dengan sistem pelumasan basah. Sistem ini meletakan penampung oli (oil pan/kalter) di ruang engkol, jadi ruang engkol juga berfungsi untuk menampung minyak pelumas yang di butuhkan mesin.
Untuk itulah mengapa ruang engkol pada mesin yang menggunakan sistem pelumasan basah berukuran relatif besar.
Sistem pelumasan basah sendiri di bagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu;
a. Sistem celup/percik
b. Sistem tekan
c. Kombinasi percik dan tekan
a. Sistem celup
Merupakan sistem pelumasan yang paling sederhana. Sistem ini tidak menggunakan komponen tambahan untuk mensirkulasi oli kebagian mesin yang membutuhkan pelumasan.
Stang seher (conecting rod) didesain sedemikian rupa sehingga dapat membawa sedikit oli yang akan memancar (percikan) ke dinding silinder akibat gaya sentrifugal dari putaran poros engkol.
Desain pada batang seher berbentuk seperti sendok, dapat membawa minyak pelumas dan akan memercikan kearea dinding silinder untuk melumasi piston.
Sistem ini umumnya ditemukan pada mesin dengan posisi katup disamping (side Valve). Karena pada konstruksi mesin Side Valve, semua bagian penting dari mesin yang perlu dilumasi berada di bawah mesin jadi tidak diperlukan pompa oli untuk mengirim oli ke head silinder.
b. Sistem tekan
Minyak pelumas ditampung di karter mesin pada ruang engkol, oli di pompa ke seluruh bagian mesin yang membutuhkan pelumasan dan kemudian kembali ke ruang karter.
Jika anda pernah mendengar istilah tunggu oli naik saat memanaskan mesin, maksudnya adalah menunggu hingga sekiranya oli sudah cukup melumasi bagian poros cam yang biasanya berada lebih tinggi dari posisi karter (untuk mesin tegak)
c. Kombinasi sistem tekan dan celup
Poros engkol terendam oli dan dapat memercik oli ke dinding silinder saat mesin bekerja. Sedangkan untuk melumasi bagian mesin lainnya digunakan sistem tekan agar mudah dijangkau.
Oli jalan-jalan keseluruh bagian mesin yang perlu dilumasi dengan bantuan pompa, pompa ini biasanya digerakan secara mekanis yang terhubung dengan poros engkol dan akan kembali ke penampungan oleh gaya grafitasi
Secara konstruksi, pelumasan tipe basah lebih sederhana dengan komponen pelumasan relatif lebih sedikit dan sirkulasi pelumas ke komponen mesin lebih cepat. Namun gesekan antara poros engkol dan genangan oli di karter memberi hambatan tersendiri meskipun nilainya relatif kecil.
Itulah sebabnya pengisian oli pada mesin tidak boleh melebihi batas yang telah ditentukan karena akan memberatkan kerja mesin.
Lihat Juga : Bolehkah mengisi oli mesin melebihi kapasitas
Jika dianalogikan, bagaikan mendayung sepeda dengan roda terendam air dan yang tidak terendam air.
2. Dry Sump
Sistem pelumasan kering memiliki wadah penampung oli yang diletakan di luar mesin. Untuk sepeda motor, penampung oli biasanya diletakan pada rangka tengah dekat dengan aki, beberapa juga memanfaatkan frame seperti yang diterapkan pada Aprilia RSV Mille atau pada swingarm untuk dijadikan penampung oli.
Sistem palumasan kering membutuhkan pompa untuk menyalurkan pelumas dari wadah penampungan ke mesin. Biasanya oli akan di salurkan melalui kepala silinder kemudian mengalir ke komponen mesin lainnya hingga ke poros engkol.
Setelah sampai ke poros engkol maka pelumas akan jatuh ke dasar mesin yang selanjutnya akan di sedot oleh pompa untuk mengembalikannya ke wadah penampungan. Jadi terdapat dua buah pompa untuk mensirkulasikan minyak pelumas.
Di wadah penampungan (reservoir) oli didinginkan terlebih dahulu untuk kemudian dikirim kembali kemesin, sehingga oli dapat juga berfungsi untuk membantu mendinginkan mesin.
Dry sump lubrication system atau dikenal dengan sistem pelumasan kering, memiliki desain ruang engkol yang lebih kecil. Hal ini dapat membuat ground clearance motor di buat serendah mungkin dengan tanah. Dengan pusat grafitasi yang rendah akan meningkatkan stabilitas motor sehingga menghasilkan motor yang memiliki handling cukup baik.
Dengan absennya minyak pelumas di ruang engkol maka kerja mesin menjadi sedikit lebih ringan akibat berkurangnya gesekan antara poros engkol dan minyak pelumas seperti yang terjadi pada sistem celup.
Sistem dry sump memiliki konstruksi yang lebih kompleks tapi disisi lain ukuran mesin menjadi lebih kecil. Sehingga lebih leluasa mengatur posisi mesin di motor khususnya pada mesin-mesin berkonvigurasi V-engine.
Motor buatan Harley umumnya menggunakan sistem Dry Sump karena konstruksi mesinnya yang secara tradisi menganut aliran Undersquare atau dikenal juga dengan istilah overstroke.
Membuatnya tidak memungkinkan untuk menggunakan kalter sebagai penampung oli di bawah mesin seperti pada sistem Wet Sump, karena akan membuat ukuran mesin semakin tinggi dan menyulitkan mengatur posisinya di chasis.
Sistem Dry-Sump sendiri memiliki “saudara tidak kembar” yaitu sistem Semi Dry-Sump. Prinsip kerjanya sama dengan sistem Dry Sump, yang membedakannya hanyalah tempat meletakkan tangki olinya.
Pada sistem Dry Sump, tangki oli diletakan diluar mesin di suatu tempat pada bagian motor (bisa di rangka, lengan ayun, atau tempat lainnya) sedangkan pada semi-Dry Sump tangki oli diletakan menyatu dengan mesin tapi terpisah dengan ruang engkol biasanya memanfaatkan celah kosong di sekitar mesin.
Itulah uraian singkat tentang sistem pelumasan mesin 4 langkah.
Meskipun sebenarnya yang bikin bingung bukan masalah Dry sump atau Wet sump-nya, tapi yang bikin susah tidur adalah pertanyaan mbak SPG nya yang bikin jantung berdebar-debar gak karuan saat doi bilang...
“Masnya mau ambil kredit atau Cash....?”
Bagai terinjak High-heel di jempol kaki, boro-boro ngambil cash atau kredit, duit di dompet saja hanya cukup buat bayar parkir.
Akhirnya ngobrol masalah teknis Dry-Sump dan Wet-Sump harus berakhir sampai disini tanpa nomor telepon, tanpa alamat pasti.
Semoga bermanfaat.
a. Sistem celup
Merupakan sistem pelumasan yang paling sederhana. Sistem ini tidak menggunakan komponen tambahan untuk mensirkulasi oli kebagian mesin yang membutuhkan pelumasan.
Stang seher (conecting rod) didesain sedemikian rupa sehingga dapat membawa sedikit oli yang akan memancar (percikan) ke dinding silinder akibat gaya sentrifugal dari putaran poros engkol.
Desain pada batang seher berbentuk seperti sendok, dapat membawa minyak pelumas dan akan memercikan kearea dinding silinder untuk melumasi piston.
Sistem ini umumnya ditemukan pada mesin dengan posisi katup disamping (side Valve). Karena pada konstruksi mesin Side Valve, semua bagian penting dari mesin yang perlu dilumasi berada di bawah mesin jadi tidak diperlukan pompa oli untuk mengirim oli ke head silinder.
b. Sistem tekan
Minyak pelumas ditampung di karter mesin pada ruang engkol, oli di pompa ke seluruh bagian mesin yang membutuhkan pelumasan dan kemudian kembali ke ruang karter.
Jika anda pernah mendengar istilah tunggu oli naik saat memanaskan mesin, maksudnya adalah menunggu hingga sekiranya oli sudah cukup melumasi bagian poros cam yang biasanya berada lebih tinggi dari posisi karter (untuk mesin tegak)
c. Kombinasi sistem tekan dan celup
Poros engkol terendam oli dan dapat memercik oli ke dinding silinder saat mesin bekerja. Sedangkan untuk melumasi bagian mesin lainnya digunakan sistem tekan agar mudah dijangkau.
Oli jalan-jalan keseluruh bagian mesin yang perlu dilumasi dengan bantuan pompa, pompa ini biasanya digerakan secara mekanis yang terhubung dengan poros engkol dan akan kembali ke penampungan oleh gaya grafitasi
Secara konstruksi, pelumasan tipe basah lebih sederhana dengan komponen pelumasan relatif lebih sedikit dan sirkulasi pelumas ke komponen mesin lebih cepat. Namun gesekan antara poros engkol dan genangan oli di karter memberi hambatan tersendiri meskipun nilainya relatif kecil.
Itulah sebabnya pengisian oli pada mesin tidak boleh melebihi batas yang telah ditentukan karena akan memberatkan kerja mesin.
Lihat Juga : Bolehkah mengisi oli mesin melebihi kapasitas
Jika dianalogikan, bagaikan mendayung sepeda dengan roda terendam air dan yang tidak terendam air.
2. Dry Sump
Sistem pelumasan kering memiliki wadah penampung oli yang diletakan di luar mesin. Untuk sepeda motor, penampung oli biasanya diletakan pada rangka tengah dekat dengan aki, beberapa juga memanfaatkan frame seperti yang diterapkan pada Aprilia RSV Mille atau pada swingarm untuk dijadikan penampung oli.
Sistem palumasan kering membutuhkan pompa untuk menyalurkan pelumas dari wadah penampungan ke mesin. Biasanya oli akan di salurkan melalui kepala silinder kemudian mengalir ke komponen mesin lainnya hingga ke poros engkol.
Setelah sampai ke poros engkol maka pelumas akan jatuh ke dasar mesin yang selanjutnya akan di sedot oleh pompa untuk mengembalikannya ke wadah penampungan. Jadi terdapat dua buah pompa untuk mensirkulasikan minyak pelumas.
Di wadah penampungan (reservoir) oli didinginkan terlebih dahulu untuk kemudian dikirim kembali kemesin, sehingga oli dapat juga berfungsi untuk membantu mendinginkan mesin.
Dengan absennya minyak pelumas di ruang engkol maka kerja mesin menjadi sedikit lebih ringan akibat berkurangnya gesekan antara poros engkol dan minyak pelumas seperti yang terjadi pada sistem celup.
Sistem dry sump memiliki konstruksi yang lebih kompleks tapi disisi lain ukuran mesin menjadi lebih kecil. Sehingga lebih leluasa mengatur posisi mesin di motor khususnya pada mesin-mesin berkonvigurasi V-engine.
Motor buatan Harley umumnya menggunakan sistem Dry Sump karena konstruksi mesinnya yang secara tradisi menganut aliran Undersquare atau dikenal juga dengan istilah overstroke.
Membuatnya tidak memungkinkan untuk menggunakan kalter sebagai penampung oli di bawah mesin seperti pada sistem Wet Sump, karena akan membuat ukuran mesin semakin tinggi dan menyulitkan mengatur posisinya di chasis.
Sistem Dry-Sump sendiri memiliki “saudara tidak kembar” yaitu sistem Semi Dry-Sump. Prinsip kerjanya sama dengan sistem Dry Sump, yang membedakannya hanyalah tempat meletakkan tangki olinya.
Pada sistem Dry Sump, tangki oli diletakan diluar mesin di suatu tempat pada bagian motor (bisa di rangka, lengan ayun, atau tempat lainnya) sedangkan pada semi-Dry Sump tangki oli diletakan menyatu dengan mesin tapi terpisah dengan ruang engkol biasanya memanfaatkan celah kosong di sekitar mesin.
Itulah uraian singkat tentang sistem pelumasan mesin 4 langkah.
Meskipun sebenarnya yang bikin bingung bukan masalah Dry sump atau Wet sump-nya, tapi yang bikin susah tidur adalah pertanyaan mbak SPG nya yang bikin jantung berdebar-debar gak karuan saat doi bilang...
“Masnya mau ambil kredit atau Cash....?”
Bagai terinjak High-heel di jempol kaki, boro-boro ngambil cash atau kredit, duit di dompet saja hanya cukup buat bayar parkir.
Akhirnya ngobrol masalah teknis Dry-Sump dan Wet-Sump harus berakhir sampai disini tanpa nomor telepon, tanpa alamat pasti.
Semoga bermanfaat.