Motor listrik buatan pabrikan Yamaha yang di beri nama E-Vino telah lama dipasarkan di kawasan Eropa dan beberapa Negara di Asia seperti Jepang dan Taiwan dengan raihan penjualan telah mencapai 10.000 unit.
Saat ini Yamaha sedang menguji pasar terkait respon pengguna terhadap penggunaan sepeda motor bermesin listrik di Indonesia.
Secara desain Yamaha E-Vino memiliki bentuk mirip dengan Yamaha Fino bermesin bensin hanya saja posturnya lebih kecil dengan bodi yang lebih membulat.
Yamaha e-Vino memiliki Panjang 1.675 mm, sedikit lebih pendek dari Yamaha Fino yang memiliki panjang 1.870 mm.
Sedangkan Lebarnya hanya beda tipis, e-Vino 670 mm sedangkan Fino 700 mm. dan untuk Tinggi e-Vino 1.030 mm, Fino 1.066 mm.
Yamaha e-Vino dapat di pacu hingga kecepatan maksimal 44 Km/jam, tidak terlalu cepat memang jika dibandingkan dengan motor bensin.
Tapi kecepatan demikian itu terkait dengan faktor keamanan mengingat motor listrik tidak menghasilkan suara, sehingga bisa berbahaya jika kecepatannya terlalu tinggi karena keberadaannya kurang bisa diantisipasi pengguna jalan lain.
Yamaha e-Vino menggnakan mesin listrik berdaya DC yang disuplai oleh Baterai Lithium Ion 50 Volt.
Baterainya sendiri mampu bertahan hingga jarak 33 km sebelum harus di charge kembali. Jadi satu kali pengisian bisa setara dengan 1.5-2 liter bensin motor konvensional.
Untuk urusan peredam kejut, e-Vino mengandalkan Shock teleskopik di bagian depan dan di belakang menggunakan type monoshock.
Pada sistem Rem masih menggunakan type tromol baik untuk roda depan dan belakang.
Harga yang di banderol untuk mendapatkan motor listrik Yamaha e-Vino adalah sekitar 24 juta Rupiah. Tapi belum ada keterangan resmi dari pihak Yamaha terkait penjualannya di Indonesia.
Karena masih perlu mempertimbangkan beberapa point penting seperti, kesiapan masyarakat terkait perpindahan dari motor bensin ke motor listrik, kemudian terkait kebiasaan berkendara masyarakat, dan yang tidak kalah pentingnya adalah terkait masalah pengolahan limbah dari baterai yang sudah rusak.
Soal limbah baterai ini yang penting untuk jadi perhatian. Baterai Lithium ion milik ponsel saja bisa berbahaya jika tidak di buang dengan benar, apalagi baterai sepeda motor yang ukurannya cukup besar.
Disamping itu, infrastruktur yang belum mendukung serta kondisi jalanan yang masih sering terserang banjir mungkin perlu di pertimbangkan dan menjadi bahan referensi ketika mengembangkan kendaraan listrik untuk iklim Indonesia.
Saat ini Yamaha sedang menguji pasar terkait respon pengguna terhadap penggunaan sepeda motor bermesin listrik di Indonesia.
Secara desain Yamaha E-Vino memiliki bentuk mirip dengan Yamaha Fino bermesin bensin hanya saja posturnya lebih kecil dengan bodi yang lebih membulat.
Yamaha e-Vino memiliki Panjang 1.675 mm, sedikit lebih pendek dari Yamaha Fino yang memiliki panjang 1.870 mm.
Sedangkan Lebarnya hanya beda tipis, e-Vino 670 mm sedangkan Fino 700 mm. dan untuk Tinggi e-Vino 1.030 mm, Fino 1.066 mm.
Yamaha e-Vino dapat di pacu hingga kecepatan maksimal 44 Km/jam, tidak terlalu cepat memang jika dibandingkan dengan motor bensin.
Tapi kecepatan demikian itu terkait dengan faktor keamanan mengingat motor listrik tidak menghasilkan suara, sehingga bisa berbahaya jika kecepatannya terlalu tinggi karena keberadaannya kurang bisa diantisipasi pengguna jalan lain.
Yamaha e-Vino menggnakan mesin listrik berdaya DC yang disuplai oleh Baterai Lithium Ion 50 Volt.
Baterainya sendiri mampu bertahan hingga jarak 33 km sebelum harus di charge kembali. Jadi satu kali pengisian bisa setara dengan 1.5-2 liter bensin motor konvensional.
Untuk urusan peredam kejut, e-Vino mengandalkan Shock teleskopik di bagian depan dan di belakang menggunakan type monoshock.
Pada sistem Rem masih menggunakan type tromol baik untuk roda depan dan belakang.
Harga yang di banderol untuk mendapatkan motor listrik Yamaha e-Vino adalah sekitar 24 juta Rupiah. Tapi belum ada keterangan resmi dari pihak Yamaha terkait penjualannya di Indonesia.
Karena masih perlu mempertimbangkan beberapa point penting seperti, kesiapan masyarakat terkait perpindahan dari motor bensin ke motor listrik, kemudian terkait kebiasaan berkendara masyarakat, dan yang tidak kalah pentingnya adalah terkait masalah pengolahan limbah dari baterai yang sudah rusak.
Soal limbah baterai ini yang penting untuk jadi perhatian. Baterai Lithium ion milik ponsel saja bisa berbahaya jika tidak di buang dengan benar, apalagi baterai sepeda motor yang ukurannya cukup besar.
Disamping itu, infrastruktur yang belum mendukung serta kondisi jalanan yang masih sering terserang banjir mungkin perlu di pertimbangkan dan menjadi bahan referensi ketika mengembangkan kendaraan listrik untuk iklim Indonesia.