Mesin Split Single Engine pertama kali di buat di Inggris pada tahun 1905, mesin yang juga biasa disebut dengan nama Twingle ini merupakan mesin Dua Tak yang memiliki desain satu silinder tapi didalamnya terdapat dua piston.
Pola kerja mesin Twingle tidak jauh berbeda dengan mesin 2 Tak, hanya terdapat sedikit perbedaan aliran fluida yang mengalir selama proses pembentukan energi terjadi.
Di mesin Twingle, udara dan bahan bakar masuk keruang engkol akibat gerakan piston dari TMB (Titik Mati Bawah) ke TMA (Titik Mati Atas). Udara dan bahan bakar akan masuk melalui Intake Manifold di bagian belakang blok mesin (P1).
Ketika piston bergerak kembali ke TMB dalam rangka melakukan langkah kerja, maka di waktu yang sama, campuran bahan bakar dan udara yang ada diruang engkol akan terdorong ke ruang bakar melalui saluran bilas yang ada di silinder bagian belakang (P1).
Campuran gas dan udara tadi akan memenuhi ruang silinder di atas piston dan kemudian akan di kompresi seiring gerakan piston naik dari TMB ke TMA.
Setelah piston sampai ke TMA, pembakaran pun terjadi dengan bantuan percikan api dari busi.
Kemudian gas sisa pembakaran akan keluar melalui saluran buang yang ada disilinder bagian depan (p2).
Ide awal dari desain Twingle adalah meningkatkan efisiensi mesin 2-Tak kala itu dan konstruksi Twingle memberi keuntungan tersendiri karena menghasilkan emisi lebih rendah, putaran idle yang stabil dan Torsi bawah yang Powerfull.
Tapi di balik keunggulan tersebut, mesin Twingle sulit untuk mencapai RPM yang tinggi karena desain kubah ruang bakar yang besar tidak cukup memenuhi syarat sebagai mesin High Performance.
Selain itu, tidak efisiennya aliran campuran udara / bahan bakar yang harus melewati jalan berliku-liku membuat suplai bahan bakar tidak efisien, di tambah lagi bentuk piston yang panjang dan berat semakin membuatnya sulit mencapai RPM tinggi.
Salah satu motor yang menggunakan mesin Twingle adalah Puch 250 SGS dengan jumlah produksi mancapai 38.584 unit, selama 1953 hingga 1970.
Selain Puch, beberapa sepeda motor yang menggunakan tipe mesin ini seperti; EMC 350CC, DKW SS 250, Garelli 350CC Turismo, TWN BD250 (Triumph (TWN)), dan TWN Cornet.
Pola kerja mesin Twingle tidak jauh berbeda dengan mesin 2 Tak, hanya terdapat sedikit perbedaan aliran fluida yang mengalir selama proses pembentukan energi terjadi.
Di mesin Twingle, udara dan bahan bakar masuk keruang engkol akibat gerakan piston dari TMB (Titik Mati Bawah) ke TMA (Titik Mati Atas). Udara dan bahan bakar akan masuk melalui Intake Manifold di bagian belakang blok mesin (P1).
Ketika piston bergerak kembali ke TMB dalam rangka melakukan langkah kerja, maka di waktu yang sama, campuran bahan bakar dan udara yang ada diruang engkol akan terdorong ke ruang bakar melalui saluran bilas yang ada di silinder bagian belakang (P1).
Campuran gas dan udara tadi akan memenuhi ruang silinder di atas piston dan kemudian akan di kompresi seiring gerakan piston naik dari TMB ke TMA.
Setelah piston sampai ke TMA, pembakaran pun terjadi dengan bantuan percikan api dari busi.
Kemudian gas sisa pembakaran akan keluar melalui saluran buang yang ada disilinder bagian depan (p2).
Ide awal dari desain Twingle adalah meningkatkan efisiensi mesin 2-Tak kala itu dan konstruksi Twingle memberi keuntungan tersendiri karena menghasilkan emisi lebih rendah, putaran idle yang stabil dan Torsi bawah yang Powerfull.
Tapi di balik keunggulan tersebut, mesin Twingle sulit untuk mencapai RPM yang tinggi karena desain kubah ruang bakar yang besar tidak cukup memenuhi syarat sebagai mesin High Performance.
Selain itu, tidak efisiennya aliran campuran udara / bahan bakar yang harus melewati jalan berliku-liku membuat suplai bahan bakar tidak efisien, di tambah lagi bentuk piston yang panjang dan berat semakin membuatnya sulit mencapai RPM tinggi.
Salah satu motor yang menggunakan mesin Twingle adalah Puch 250 SGS dengan jumlah produksi mancapai 38.584 unit, selama 1953 hingga 1970.
Selain Puch, beberapa sepeda motor yang menggunakan tipe mesin ini seperti; EMC 350CC, DKW SS 250, Garelli 350CC Turismo, TWN BD250 (Triumph (TWN)), dan TWN Cornet.