System pengereman merupakan perangkat yang kontraproduktif dengan kekuatan mesin.
Semakin besar power mesin yang dimiliki oleh sebuah kendaraan, semakin kuat juga sistem pengereman harus mampu melawannya.
Salah satu sistem pengereman pada kendaraan roda empat adalah rem angin, atau lebih di kenal dengan Air Brake System.
Air Brake meringankan tugas pengemudi untuk urusan berhenti atau mengurangi kecepatan. Pada sistem rem hidrolik, diperlukan tenaga yang cukup besar untuk menekan pedal rem meskipun sistem rem hidrolik telah dilengkapi Booster.
Pada kendaraan besar, berat dan panjang dengan jumlah roda lebih dari empat, pengereman menjadi lebih menguras tenaga.
Untuk itulah sistem air brake di terapkan agar pengemudi lebih dimudahkan ketika akan mengurangi kecepatan atau berhenti.
Tidak hanya itu saja, Angin merupakan fluida yang memiliki kemampuan mengalir yang lebih cepat dibanding cairan, sehingga respon rem akan lebih baik.
Dan mengingat postur Bus atau Truk yang umumnya cukup panjang, maka jarak dari pedal rem ke tiap-tiap roda akan sangat jauh.
Air Brake System atau Rem-Angin banyak di temukan pada kendaraan besar seperti Truk atau Bus dan tidak ditemukan pada kendaraan kecil dan medium.
Ini karena sistem kerja dan komponen yang digunakan sangat kompleks dan efektifitasnya tidak signifikan jika di terapkan pada kendaraan kecil.
Pada sistem air brake di perlukan kompresor untuk mengisi tangki udara dan tentu saja tangki-udara itu sendiri untuk menampung udara sebagai media penggerak sistem rem.
Bayangkan jika mobil sekelas MPV, atau APV atau lebih kecil lagi menggunakan sistem Rem Angin maka tambahan beban kompresor, dan tangki udara yang harus di instal pada mobil akan membuatnya semakin kompleks.
Jadi pertimbangan ekonomis efisiensi dan efektifitas nya menjadi faktor utama kenapa type rem angin hanya ditemukan pada kendaraan besar saja.
Lagipula, kendaraan kelas medium dan kecil sudah cukup memadai dan terakomodir dengan menggunakan rem hidrolik yang saat ini perkembangannya semakin mampu memberi pengereman yang aman dan terkendali.
Semakin besar power mesin yang dimiliki oleh sebuah kendaraan, semakin kuat juga sistem pengereman harus mampu melawannya.
Salah satu sistem pengereman pada kendaraan roda empat adalah rem angin, atau lebih di kenal dengan Air Brake System.
Air Brake meringankan tugas pengemudi untuk urusan berhenti atau mengurangi kecepatan. Pada sistem rem hidrolik, diperlukan tenaga yang cukup besar untuk menekan pedal rem meskipun sistem rem hidrolik telah dilengkapi Booster.
Pada kendaraan besar, berat dan panjang dengan jumlah roda lebih dari empat, pengereman menjadi lebih menguras tenaga.
Untuk itulah sistem air brake di terapkan agar pengemudi lebih dimudahkan ketika akan mengurangi kecepatan atau berhenti.
Tidak hanya itu saja, Angin merupakan fluida yang memiliki kemampuan mengalir yang lebih cepat dibanding cairan, sehingga respon rem akan lebih baik.
Dan mengingat postur Bus atau Truk yang umumnya cukup panjang, maka jarak dari pedal rem ke tiap-tiap roda akan sangat jauh.
Air Brake System atau Rem-Angin banyak di temukan pada kendaraan besar seperti Truk atau Bus dan tidak ditemukan pada kendaraan kecil dan medium.
Ini karena sistem kerja dan komponen yang digunakan sangat kompleks dan efektifitasnya tidak signifikan jika di terapkan pada kendaraan kecil.
Pada sistem air brake di perlukan kompresor untuk mengisi tangki udara dan tentu saja tangki-udara itu sendiri untuk menampung udara sebagai media penggerak sistem rem.
Bayangkan jika mobil sekelas MPV, atau APV atau lebih kecil lagi menggunakan sistem Rem Angin maka tambahan beban kompresor, dan tangki udara yang harus di instal pada mobil akan membuatnya semakin kompleks.
Jadi pertimbangan ekonomis efisiensi dan efektifitas nya menjadi faktor utama kenapa type rem angin hanya ditemukan pada kendaraan besar saja.
Lagipula, kendaraan kelas medium dan kecil sudah cukup memadai dan terakomodir dengan menggunakan rem hidrolik yang saat ini perkembangannya semakin mampu memberi pengereman yang aman dan terkendali.