Dalam upaya kita untuk menjadi orang tua yang hebat, kita sering tidak menyadari bahwa tindakan kita tidak selalu baik untuk anak-anak kita.
Untuk itu, mulai dari sekarang mari kenali perilaku yang mungkin menurut kita its okay tapi ternyata berdampak buruk pada mereka.
Inilah saatnya melakukan gebrakan besar dalam mendidik dan membesarkan anak anda, Berhentilah melakukan 26 hal ini kepada buah hati anda.
1. Melakukan segalanya untuk anak
Terkadang orang tua tanpa sadar sudah membantu anak-anak mereka terlalu berlebihan dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi semua tak lepas dari campur tangan anda.
Anda perlu menyadari bahwa anak anda harus belajar mandiri, salah satunya adalah dengan membiarkan mereka berlatih untuk mengerjakan sesuatu sendiri.
Seperti membiarkan mereka menuangkan susu kedalam gelas, “bagaimana kalau tumpah?” Anak-anak dapat belajar banyak dengan mencoba berbagai hal, dan itu sangat Penting. Kapan mereka “bisa” jika tidak pernah diijinkan untuk mencoba.
2. Memperdebatkan hal sepele
Ketika anak memiliki keinginan sendiri tak jarang kita melarangnya karena tidak sesuai dengan kehendak kita sebagai orang tua.
Hanya karena anak ingin meggunakan piring warna biru dan kita ingin dia pakai piring warna hijau agar terlihat fresh, maka pertempuran pun dimulai antara orang tua dan anak.
“C’mon Mom.. whats the point?? Its just Green and Blue thing.”
3. Tidak melatih tanggung jawab
Hanya karena anak kecil, bukan berarti mereka bisa lepas dari tanggung jawab. Berikan mereka tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan mereka, setidaknya terkait dengan barang-barang pribadinya, mulai dari tanggung jawab menjaga dan merawat mainannya.
4. Memberi jadwal super padat
Pulang sekolah, les bahasa inggris dilanjutkan dengan belajar piano setelah itu ke sanggar balet, kemudian bersiap untuk kelas Yoga dan Renang, ditambah seabrek aktifitas lainnya hingga membuat sang anak tak sempat mengucapkan “Mom, I Love You” sangking sibuknya hingga mengalahkan padatnya jadwal pejabat Esselon 1, bahkan cipika-cipiki pun hanya sambil lalu.
5. Mencurahkan terlalu banyak waktu dengan Gadget
Handphone, tablet, laptop menjadi pengalihan paling ampuh para orang tua, mengupload foto kebersamaan bersama sang anak malah membuat anak terabaikan karena anda menjadi sibuk saling berbalas komentar di Sosmed. Hak anak anda untuk berinteraksi intens bersama anda menjadi sirna dikalahkan gadget yang berperan layaknya anak emas.
6. Suka terburu-buru
Selalu sering berada dalam kondisi terburu-buru mengajak anak untuk segera bergegas, bahkan anda lebih terburu-buru dari pada adegan di film Rush Hour yang tidak terlihat terburu-buru. Selalu persiapkan segala sesuatunya sebelum beraktifitas bersama anak anda.
7. Menempel pergerakan anak sepanjang waktu
Berpikir anda harus menghabiskan waktu 24 jam bersama mereka. Nikmati waktu berkualitas bersama keluarga termasuk anak anda tentu saja penting, tapi juga perlu membiarkan anak-anak anda bermain sendiri bersama saudara atau teman sebanyanya.
8. Memanjakan anak
Hal ini terkadang tanpa sadar dilakukan karena begitu sayangnya pada anak hingga menuruti semua kemauan mereka, membantu semua pekerjaan mereka bahkan hanya sekedar mengambil air minum.
9. Menghabiskan Anggaran terlalu besar untuk mereka
Mengatur anggaran keluarga memang bukan hal mudah ditambah lagi dengan adanya anak. Ketahuiah kapan untuk mengatakan “Tidak” ketika anak meminta sesuatu yang tidak perlu.
10. Mencoba menjadi seperti Orang Tua lain
Melihat orang tua lain di Facebook yang tampak begitu ”mesra” dengan anak-anak mereka membuat kita ingin juga seperti mereka, maka kita pun bertingkah seperti mereka tanpa memperdulikan karakter anak dan keunikan yang dimiliki masing-masing keluarga.
11. Tidak mengajar Anak-anak Arti Nyata Terima kasih
Kita sering mengajarkan anak-anak untuk mengatakan “tolong” dan “terima kasih”, tapi apakah mereka benar-benar mengerti dan tahu apa makna kata-kata tersebut.
Ajarkanlah anak-anak memahami setiap kata yang di ucapkan agar kata yang mereka ucapkan tidak kosong. Ajak anak anda mengucapkan terima kasih dan memaknainya sebagai rasa syukur sekaligus menghargai segala hal dan semua orang di sekitar mereka.
12. Mencontohkan perilaku buruk
Tanpa sadar terkdang kita memberi contoh buruk kepada anak-anak kita seperti mengucapkan kata-kata tidak pantas atau bertingkah buruk di depan anak-anak sehingga menjadi contoh bagi mereka untuk melakukan hal sama.
13. Melewatkan percakapan penting
Saat pulang sekolah, sang anak mungkin saja ingin membicarakan hal-hal yang dialaminya di Sekolah, karena kesibukan yang padat terkadang kita melewatkan momen yang sangat penting bagi sang anak ini.
14. Tidak konsisten dengan peraturan yang dibuat
Sikap tidak konsisten ini bisa membuat anak menjadi bingung, jadi pastikan sebelum anda memberi peraturan untuk melatih disiplin anak, anda pun sudah siap menjalankan peraturan yang anda buat tersebut secara konsisten.
Suatu hari kita melarangnya jajan sembarangan di sekolah, tapi dilain waktu kita membiarkannya karena sibuk ngobrol dengan kawan lama yang kebetulan ketemu di sekolah dan khawatir rengekan si anak dapat mengganggu obrolan.
15. Membiarkan mereka bergaul dengan teman yang salah
Kita ingin anak-anak bersosialisasi dengan teman sebayanya dan kita sangat senang ketika mereka mendapat teman baru. Namun kemudian setelah di perhatikan, beberapa anak sepergaulannya memberi pengaruh yang kurang baik.
Situasi sulit memang ketika harus memisahkan anak dari komunitasnya, tapi harus ada cara untuk memberi pengertian kepada anak bahwa menjaga diri dari pengaruh negatif itu perlu.
16. Memaksakan mereka berteman
Memaksa mereka berteman dengan anak teman anda, hanya karena teman anda memiliki anak sebaya dengan anak anda maka andapun memaksakan pertemanan diantara mereka.
Anda merancang kegiatan bersama agar anak-anak anda dapat sering bertemu dan menjalin pertemanan tanpa peduli apakah anak anda merasa nyaman atau tidak.
17. Berteriak kepada mereka
Saat anak melakukan kesalahan atau melakukan tindakan yang berbahaya seperti memanjat lemari untuk mengambil susu kesukaannya, andapun spontan berteriak ketika mendapati mereka melakukan hal tersebut agar mereka berhenti.
Berteriak atau membentak anak sebaiknya tidak dilakukan karena akan membekas dan menancap kuat di alam bawah sadar mereka dan berdampak buruk bagi psikologis anak.
18. Distracted
Tablet, smartphone, update status di sosmed dan membaca timeline orang lain menjadi hal penting sekarang ini yang terkadang lebih penting dari dunia nyata yang sedang dialami.
Jangan mengalihkan perhatian dari anak anda saat bersama mereka, fokuslah pada anak anda meskipun bolehlah sekali-kali melirik ke smartphone tapi jangan sampai persentasenya lebih besar baca status orang dari pada ngobrol dengan anak.
19. Mencoba menciptakan anak yang sempurna
Jangan pernah mencoba membuat anak anda sempurna, tidak ada anak yang sempurna. Sekali saja anda berharap anak anda sempurna menurut “kacamata” anda, maka anak anda akan berkembang seperti robot, Anda sebagai remotenya.
20. Melewatkan momen kecil
Terkadang memang kita terlalu sibuk hingga melewatkan berbagai momen istimewa sekali seumur hidupnya seperti saat anak mulai berdiri sendiri, lupa kapan pertama kali dia bisa tengkurap, merasakan hembusan nafasnya saat berbaring disampingnya.
Hal sepele yang nampak kecil tapi anda akan merasakan betapa nikmatnya ketika dapat merasakan momen indah tersebut dan baru menyadarinya ketika anak sudah beranjak besar dan mulai enggan di peluk karena malu dilihat teman-temannya.
21. Bergantung kepada barang elektronik
Barang barang elektronik yang ada disekitar kita sekarang mulai beralih fungsi menjadi “babysitter”, faktanya mereka (baca: gadget) memang sangat sukses menjadi pengasuh yang hebat bagi anak.
Tablet dan Video Game adalah pengasuh anak yang hebat di jaman digital sekarang ini, setidaknya hingga baterainya habis. Sebaiknya jangan terlalu bergantung kepada gadget untuk hiburan si kecil.
Ajak mereka bermain permainan tradisional di waktu senggang, hal ini dapat mempererat hubungan anda dengan anak anda.
22. Bereaksi negatif ketika anak gagal
Ketika anak mendapat nilai jelek di sekolah atau gagal dalam melakukan suatu hal, anda pun bereaksi seolah-olah dunia telah berakhir.
Anda menceramahinya dari senin hingga senin lagi, mengumumkannya ke tetangga setingkat RT, RW bahkan LURAH hanya untuk meyakinkan bahwa anak anda benar-benar merasa menyesal dengan hasil yang didapatnya.
Anda berharap anak anda tidak pernah gagal, seperti Anda yang mungkin tidak pernah sekalipun melakukan kesalahan dan kegagalan sepanjang hidup anda.
“C ’mon Dad... Wake UP”
23. Memuji terlalu berlebihan
Memberi pujian terhadap prestasi atau perkembangan yang dialami anak adalah hal bagus tapi jika terlalu berlebihan juga kurang baik, karena malah akan membuat anak menjadi narcissist.
Menurut sebuah studi dari Ohio State University. Atau seperti yang ditemukan oleh penelitian Universitas Stanford, Memuji usaha anak-anak Anda lebih efektif daripada memuji talenta mereka.
24. Memaksakan Impian Anda ke mereka
Apakah anda dulu bercita-cita menjadi model, pemain bola, artis, pilot namun tidak kesampaian? Sekarang anda punya anak, anda bisa memaksakan cita-cita dan impian anda semasa kecil dulu ke mereka.
Paksa mereka pakai rok tutu meskipun mereka bersi-keras ingin menjadi Pianis setiap kali di tanya apakah cita-citanya saat besar nanti. “penjarakan” batin mereka dengan sikap ini, Pianis yang nyambi sebagai Balerina mungkin menarik juga.
Terkadang kita merasa begitu berhak atas kehidupan anak kita, bahkan tidak mengerti bahwa anak adalah pribadi yang berbeda. Dia adalah generasi anda, keturunan anda dan BUKAN Anda.
Jika mereka memiliki kesamaan minat dan bakat dengan anda yang dapat mewujudkan cita-cita anda semasa kecil dulu maka berbahagialah... tapi jika tidak, bersiaplah untuk menerimanya, sehingga mereka bisa menemukan dan mengejar gairah hidup mereka sendiri dengan dukungan penuh dari anda.
Jangan jadikan mereka sebagai robot untuk memenuhi Obsesi anda di masa silam.
25. Memperlakukan anak layaknya orang dewasa
Anak anda bukan orang dewasa yang terjebak dalam tubuh kecil mungil nan lucu, mereka hanyalah anak-anak yang sedang belajar, tumbuh, berkembang dan mencoba memahami perasaan mereka sendiri setiap harinya.
Perlakukan mereka layaknya anak-anak bukan seperti orang dewasa yang cukup hanya dengan kode-kode gerakan alis saja untuk membuatnya mengerti.
26. Membandingkan anak anda dengan orang lain
Kenapa anak anda tidak bisa bersikap seperti anak tetangga, kenapa mereka tidak seperti si C yang lebih suka mentimun dari pada semangka, mengapa si A bisa dapat A sedangkan anak anda hanya dapat B.
Secara alami orang tua memang cenderung membandingkan anak mereka dengan orang lain, dan menginginkan anaknya seperti anak orang lain.
Apakah anda berharap buah Apel jatuh di bawah pohon Durian??
Jika anda suka membandingkan anak anda dengan orang lain, tidak mengapa, tapi cukup sewajarnya saja sekedar untuk memotivasi, jangan sampai membuat anak terbebani dan merasa tidak dihargai.
Ketahuilah bahwa tidak ada yang senang dibanding-bandingkan dengan orang lain, termasuk anda bukan?, apalagi anak anda yang masih berusaha mencari tahu jati diri mereka.
Mungkin anak anda juga punya pikiran yang sama, kenapa orang tua saya tidak seperti punya Rafatar yang selalu ngajak jalan-jalan keluar negeri, wisata kemana-mana, tidur di hotel mewah. Hnah kalo sudah begini, Klop.....’ orang tua bandingkan anaknya dengan orang lain, anak bendingkan orang tuanya dengan orang lain ...
“C’mon Mom, Dad.. I’m just a Kid”
Semoga Bermanfaat.
Untuk itu, mulai dari sekarang mari kenali perilaku yang mungkin menurut kita its okay tapi ternyata berdampak buruk pada mereka.
Inilah saatnya melakukan gebrakan besar dalam mendidik dan membesarkan anak anda, Berhentilah melakukan 26 hal ini kepada buah hati anda.
1. Melakukan segalanya untuk anak
Terkadang orang tua tanpa sadar sudah membantu anak-anak mereka terlalu berlebihan dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi semua tak lepas dari campur tangan anda.
Anda perlu menyadari bahwa anak anda harus belajar mandiri, salah satunya adalah dengan membiarkan mereka berlatih untuk mengerjakan sesuatu sendiri.
Seperti membiarkan mereka menuangkan susu kedalam gelas, “bagaimana kalau tumpah?” Anak-anak dapat belajar banyak dengan mencoba berbagai hal, dan itu sangat Penting. Kapan mereka “bisa” jika tidak pernah diijinkan untuk mencoba.
2. Memperdebatkan hal sepele
Ketika anak memiliki keinginan sendiri tak jarang kita melarangnya karena tidak sesuai dengan kehendak kita sebagai orang tua.
Hanya karena anak ingin meggunakan piring warna biru dan kita ingin dia pakai piring warna hijau agar terlihat fresh, maka pertempuran pun dimulai antara orang tua dan anak.
“C’mon Mom.. whats the point?? Its just Green and Blue thing.”
3. Tidak melatih tanggung jawab
Hanya karena anak kecil, bukan berarti mereka bisa lepas dari tanggung jawab. Berikan mereka tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan mereka, setidaknya terkait dengan barang-barang pribadinya, mulai dari tanggung jawab menjaga dan merawat mainannya.
4. Memberi jadwal super padat
Pulang sekolah, les bahasa inggris dilanjutkan dengan belajar piano setelah itu ke sanggar balet, kemudian bersiap untuk kelas Yoga dan Renang, ditambah seabrek aktifitas lainnya hingga membuat sang anak tak sempat mengucapkan “Mom, I Love You” sangking sibuknya hingga mengalahkan padatnya jadwal pejabat Esselon 1, bahkan cipika-cipiki pun hanya sambil lalu.
5. Mencurahkan terlalu banyak waktu dengan Gadget
Handphone, tablet, laptop menjadi pengalihan paling ampuh para orang tua, mengupload foto kebersamaan bersama sang anak malah membuat anak terabaikan karena anda menjadi sibuk saling berbalas komentar di Sosmed. Hak anak anda untuk berinteraksi intens bersama anda menjadi sirna dikalahkan gadget yang berperan layaknya anak emas.
6. Suka terburu-buru
Selalu sering berada dalam kondisi terburu-buru mengajak anak untuk segera bergegas, bahkan anda lebih terburu-buru dari pada adegan di film Rush Hour yang tidak terlihat terburu-buru. Selalu persiapkan segala sesuatunya sebelum beraktifitas bersama anak anda.
7. Menempel pergerakan anak sepanjang waktu
Berpikir anda harus menghabiskan waktu 24 jam bersama mereka. Nikmati waktu berkualitas bersama keluarga termasuk anak anda tentu saja penting, tapi juga perlu membiarkan anak-anak anda bermain sendiri bersama saudara atau teman sebanyanya.
8. Memanjakan anak
Hal ini terkadang tanpa sadar dilakukan karena begitu sayangnya pada anak hingga menuruti semua kemauan mereka, membantu semua pekerjaan mereka bahkan hanya sekedar mengambil air minum.
9. Menghabiskan Anggaran terlalu besar untuk mereka
Mengatur anggaran keluarga memang bukan hal mudah ditambah lagi dengan adanya anak. Ketahuiah kapan untuk mengatakan “Tidak” ketika anak meminta sesuatu yang tidak perlu.
10. Mencoba menjadi seperti Orang Tua lain
Melihat orang tua lain di Facebook yang tampak begitu ”mesra” dengan anak-anak mereka membuat kita ingin juga seperti mereka, maka kita pun bertingkah seperti mereka tanpa memperdulikan karakter anak dan keunikan yang dimiliki masing-masing keluarga.
11. Tidak mengajar Anak-anak Arti Nyata Terima kasih
Kita sering mengajarkan anak-anak untuk mengatakan “tolong” dan “terima kasih”, tapi apakah mereka benar-benar mengerti dan tahu apa makna kata-kata tersebut.
Ajarkanlah anak-anak memahami setiap kata yang di ucapkan agar kata yang mereka ucapkan tidak kosong. Ajak anak anda mengucapkan terima kasih dan memaknainya sebagai rasa syukur sekaligus menghargai segala hal dan semua orang di sekitar mereka.
12. Mencontohkan perilaku buruk
Tanpa sadar terkdang kita memberi contoh buruk kepada anak-anak kita seperti mengucapkan kata-kata tidak pantas atau bertingkah buruk di depan anak-anak sehingga menjadi contoh bagi mereka untuk melakukan hal sama.
13. Melewatkan percakapan penting
Saat pulang sekolah, sang anak mungkin saja ingin membicarakan hal-hal yang dialaminya di Sekolah, karena kesibukan yang padat terkadang kita melewatkan momen yang sangat penting bagi sang anak ini.
14. Tidak konsisten dengan peraturan yang dibuat
Sikap tidak konsisten ini bisa membuat anak menjadi bingung, jadi pastikan sebelum anda memberi peraturan untuk melatih disiplin anak, anda pun sudah siap menjalankan peraturan yang anda buat tersebut secara konsisten.
Suatu hari kita melarangnya jajan sembarangan di sekolah, tapi dilain waktu kita membiarkannya karena sibuk ngobrol dengan kawan lama yang kebetulan ketemu di sekolah dan khawatir rengekan si anak dapat mengganggu obrolan.
15. Membiarkan mereka bergaul dengan teman yang salah
Kita ingin anak-anak bersosialisasi dengan teman sebayanya dan kita sangat senang ketika mereka mendapat teman baru. Namun kemudian setelah di perhatikan, beberapa anak sepergaulannya memberi pengaruh yang kurang baik.
Situasi sulit memang ketika harus memisahkan anak dari komunitasnya, tapi harus ada cara untuk memberi pengertian kepada anak bahwa menjaga diri dari pengaruh negatif itu perlu.
16. Memaksakan mereka berteman
Memaksa mereka berteman dengan anak teman anda, hanya karena teman anda memiliki anak sebaya dengan anak anda maka andapun memaksakan pertemanan diantara mereka.
Anda merancang kegiatan bersama agar anak-anak anda dapat sering bertemu dan menjalin pertemanan tanpa peduli apakah anak anda merasa nyaman atau tidak.
17. Berteriak kepada mereka
Saat anak melakukan kesalahan atau melakukan tindakan yang berbahaya seperti memanjat lemari untuk mengambil susu kesukaannya, andapun spontan berteriak ketika mendapati mereka melakukan hal tersebut agar mereka berhenti.
Berteriak atau membentak anak sebaiknya tidak dilakukan karena akan membekas dan menancap kuat di alam bawah sadar mereka dan berdampak buruk bagi psikologis anak.
18. Distracted
Tablet, smartphone, update status di sosmed dan membaca timeline orang lain menjadi hal penting sekarang ini yang terkadang lebih penting dari dunia nyata yang sedang dialami.
Jangan mengalihkan perhatian dari anak anda saat bersama mereka, fokuslah pada anak anda meskipun bolehlah sekali-kali melirik ke smartphone tapi jangan sampai persentasenya lebih besar baca status orang dari pada ngobrol dengan anak.
19. Mencoba menciptakan anak yang sempurna
Jangan pernah mencoba membuat anak anda sempurna, tidak ada anak yang sempurna. Sekali saja anda berharap anak anda sempurna menurut “kacamata” anda, maka anak anda akan berkembang seperti robot, Anda sebagai remotenya.
20. Melewatkan momen kecil
Terkadang memang kita terlalu sibuk hingga melewatkan berbagai momen istimewa sekali seumur hidupnya seperti saat anak mulai berdiri sendiri, lupa kapan pertama kali dia bisa tengkurap, merasakan hembusan nafasnya saat berbaring disampingnya.
Hal sepele yang nampak kecil tapi anda akan merasakan betapa nikmatnya ketika dapat merasakan momen indah tersebut dan baru menyadarinya ketika anak sudah beranjak besar dan mulai enggan di peluk karena malu dilihat teman-temannya.
21. Bergantung kepada barang elektronik
Barang barang elektronik yang ada disekitar kita sekarang mulai beralih fungsi menjadi “babysitter”, faktanya mereka (baca: gadget) memang sangat sukses menjadi pengasuh yang hebat bagi anak.
Tablet dan Video Game adalah pengasuh anak yang hebat di jaman digital sekarang ini, setidaknya hingga baterainya habis. Sebaiknya jangan terlalu bergantung kepada gadget untuk hiburan si kecil.
Ajak mereka bermain permainan tradisional di waktu senggang, hal ini dapat mempererat hubungan anda dengan anak anda.
22. Bereaksi negatif ketika anak gagal
Ketika anak mendapat nilai jelek di sekolah atau gagal dalam melakukan suatu hal, anda pun bereaksi seolah-olah dunia telah berakhir.
Anda menceramahinya dari senin hingga senin lagi, mengumumkannya ke tetangga setingkat RT, RW bahkan LURAH hanya untuk meyakinkan bahwa anak anda benar-benar merasa menyesal dengan hasil yang didapatnya.
Anda berharap anak anda tidak pernah gagal, seperti Anda yang mungkin tidak pernah sekalipun melakukan kesalahan dan kegagalan sepanjang hidup anda.
“C ’mon Dad... Wake UP”
23. Memuji terlalu berlebihan
Memberi pujian terhadap prestasi atau perkembangan yang dialami anak adalah hal bagus tapi jika terlalu berlebihan juga kurang baik, karena malah akan membuat anak menjadi narcissist.
Menurut sebuah studi dari Ohio State University. Atau seperti yang ditemukan oleh penelitian Universitas Stanford, Memuji usaha anak-anak Anda lebih efektif daripada memuji talenta mereka.
24. Memaksakan Impian Anda ke mereka
Apakah anda dulu bercita-cita menjadi model, pemain bola, artis, pilot namun tidak kesampaian? Sekarang anda punya anak, anda bisa memaksakan cita-cita dan impian anda semasa kecil dulu ke mereka.
Paksa mereka pakai rok tutu meskipun mereka bersi-keras ingin menjadi Pianis setiap kali di tanya apakah cita-citanya saat besar nanti. “penjarakan” batin mereka dengan sikap ini, Pianis yang nyambi sebagai Balerina mungkin menarik juga.
Terkadang kita merasa begitu berhak atas kehidupan anak kita, bahkan tidak mengerti bahwa anak adalah pribadi yang berbeda. Dia adalah generasi anda, keturunan anda dan BUKAN Anda.
Jika mereka memiliki kesamaan minat dan bakat dengan anda yang dapat mewujudkan cita-cita anda semasa kecil dulu maka berbahagialah... tapi jika tidak, bersiaplah untuk menerimanya, sehingga mereka bisa menemukan dan mengejar gairah hidup mereka sendiri dengan dukungan penuh dari anda.
Jangan jadikan mereka sebagai robot untuk memenuhi Obsesi anda di masa silam.
25. Memperlakukan anak layaknya orang dewasa
Anak anda bukan orang dewasa yang terjebak dalam tubuh kecil mungil nan lucu, mereka hanyalah anak-anak yang sedang belajar, tumbuh, berkembang dan mencoba memahami perasaan mereka sendiri setiap harinya.
Perlakukan mereka layaknya anak-anak bukan seperti orang dewasa yang cukup hanya dengan kode-kode gerakan alis saja untuk membuatnya mengerti.
26. Membandingkan anak anda dengan orang lain
Kenapa anak anda tidak bisa bersikap seperti anak tetangga, kenapa mereka tidak seperti si C yang lebih suka mentimun dari pada semangka, mengapa si A bisa dapat A sedangkan anak anda hanya dapat B.
Secara alami orang tua memang cenderung membandingkan anak mereka dengan orang lain, dan menginginkan anaknya seperti anak orang lain.
Apakah anda berharap buah Apel jatuh di bawah pohon Durian??
Jika anda suka membandingkan anak anda dengan orang lain, tidak mengapa, tapi cukup sewajarnya saja sekedar untuk memotivasi, jangan sampai membuat anak terbebani dan merasa tidak dihargai.
Ketahuilah bahwa tidak ada yang senang dibanding-bandingkan dengan orang lain, termasuk anda bukan?, apalagi anak anda yang masih berusaha mencari tahu jati diri mereka.
Mungkin anak anda juga punya pikiran yang sama, kenapa orang tua saya tidak seperti punya Rafatar yang selalu ngajak jalan-jalan keluar negeri, wisata kemana-mana, tidur di hotel mewah. Hnah kalo sudah begini, Klop.....’ orang tua bandingkan anaknya dengan orang lain, anak bendingkan orang tuanya dengan orang lain ...
“C’mon Mom, Dad.. I’m just a Kid”
Semoga Bermanfaat.