Sebenanrnya waktu dulu, saya sudah pernah mencoba mengelola blog di Worpress self-host. Waktu itu saya masih kebingungan saat menggunakan Worpress self-host
Bagi yang belum tau, maksudnya self-host adalah menggunakan hosting yang di sewa untuk tempat instal CMS Wordpress, jadi bukan yang Worpress.com versi gratis yaa.
Kali ini saya merasa perlu untuk mulai mencoba menseriusi membangun Blog dengan CMS Wordpress.
🔖Kenapa perlu pindah ke self host?
💥Karena Tren AMP
Kewajiban untuk valid AMP adalah salah satu tujuan untuk mencoba pindah ke wordpreas. Sebenarnya di Blogspot kita bisa juga ikut perkembangan untuk tampilan AMP (Accelerated Mobile Pages) ini, tapi agak ribet. Konon di worpress kita tinggal instal plugin AMP dan jadi deh blog AMP-able.
Sebenarnya saya agak janggal dalam artian kurang sreg dengan kemunculan standart AMP ini. Kalau yang sudah ngeblog lama, pasti mengalami perkembangan dunia blogging yang berkaitan dengan hal semacam ini.
Dulluuuu, blog tampil dengan satu model saja yaitu tampilan desktop, karena saat itu handphone belum populer seperti sekarang ini. Namun begitu, untuk template bawaan blogger, kita sudah punya opsi untuk memilih tampilan khusus mobile agar blog dapat diakses lebih mudah dan ringan lewat handphone dengan tampilan yang pas dengan lebar ponsel, tidak mbleber ke kanan sehingga menyulitkan pengunjung karena harus menscrol ke kanan-kiri dan kebawah untuk membaca artikel yang ada di blog.
Jadi kala itu, blog kita memiliki dua tampilan berbeda yaitu versi desktop dan mobile. Tampilan mobile biasanya lebih simple dan minim widget.
Kemudian, ini tampaknya tidak efisien dan tidak sophisticated (#cuih bahasanya :)). Maka google memperkenalkan istilah responsive untuk tampilan blog sehingga ketika pengguna mobile mengaksesnya, tampilannya pas menyesuaikan layar ponsel penngunjung.
Jadi Blog dengan tampilan responsive akan memiliki tampilan yang sama ketika di akses lewat komputer maupun lewat ponsel, dan ini menjadi salah satu faktor penentu sebuah blog mendapat rangking yang baik di hasil pencarian. Karena blog yang sudah responsive akan mendapatkan simbol handphone di hasil pencariaan Google via handphone.
Tampilan Responsive juga memudahkan kerja Blogger, cukup setting satu desain tampilan saja, tidak perlu mengatur versi mobile dan desktop. Misalnya penataan menu, penyesuaian posisi iklan, dll.
Kemudian sekarang muncul lagi istilah AMP yang juga menarget pengguna ponsel. Pada dasarnya ini seperti menjadi kemunduran. Di satu sisi, teknologi hansphone semakin canggih dan internet semakin cepat dan stabil tapi di lain sisi, blog dalam hal ini diharuskan tampil ringan, cepat dan simple agar mudah di loading oleh pengunjung dari mobile.
Padahal. duluuu jamannya template responaive pun, blog sudah bisa diakses dengan mudah lewat handphone dengan jaringan 3G sekalipun. Terus terang saya agak janggal dengan anjuran standart AMP ini. Bagaimana dengan anda?
Nah itu tadi alasan pertama kenapa saya keukuh kepengen mencoba bikin blog di wordpress selft host.
💥Terkandas Alasan tidak bisa pakai Template AMP
Kemudian, penyebab kenapa saya merasa harus pindah ke Wordpress adalah karena masih berhubungan dengan tren AMP yang mengharuskan mengganti Template Blog. Hingga saat ini pun blog saya ini (capuraca.com) masih pakai template non-AMP karena terkandas beberapa alasan berikut ini;
1. Karena saya tidak bisa edit template dan memenuhi semua persyaratan amp agar blog valid AMP
2. Tidak punya uang untuk beli template AMP Peremium.
3. Tidak tertarik untuk harus edit satu persatu postingan agar bisa mempertahankan status Valid AMP
Karena konon, ketika kita sudah mengganti template blog dengan versi amp, blog kita akan tetap tidak valid amp karena postingan yang sudah terlanjur di publish, tidak memenuhi standart AMP dan perlu di edit satu persatu untuk membuatnya valid.
Bayangkan kalau punya 10 artikel kalau harus di edit, atau 50 artikel, atau 250 artikel atau 1000 artikel. Wah batal saja deh mengejar impian valid AMP. Begitu juga saat membuat postingan baru, ada kaedah tertentu yang harus di patuhi agar saat postingan di publish nantinya valid AMP.
💥Antar Muka Blogspot
Alasan selanjutnya adalah, karena antar muka blogger yang baru agak kurang nyaman. Hal ini mungkin hanya masalah kebiasaan saja yaa, perubahan tampilan terbaru di dashboard blogger lumayan drastis sehingga beberapa menu agak bikin kagok dan kurang maksimal penggunaannya.
Salah satu perubahan yang mungkin harus menjadi kebiasaan baru adalah terkait penataan jumlah postingan dalam dashboard Blogspot.
Kalau dashboard blogspot yang lama, kita bisa melihat postingan dalam jumlah terbatas dalam satu halaman. Misalnya 100 postingan dan untuk melihat postingan yang lebih lama, kita bisa membuka halaman 2, 3 dst. Istilahnya pagination kali yaa?
Nah di dashboad blogger yang baru, semua poatingan tampil dalam satu halaman. Jadi kalau perlu melihat, mengedit postingan lama, kita harus scrooool kebawah yang kadang proses refresh otimatinya membuat proses pencarian artikel lama yang ingin diedit jadi semakin sulit.
Lalu jika kita ingin mencari berdasrkan label pun tidak semudah di dash-board blogger yang lama, lagi-lagi karena urutan artikelnya tidak dipecah menjadi beberapa halaman. Dan tidak bisa dicentang misalnya label ini dan itu saja yang ditampilkan. Kita pun tak lagi tau berapa jumlah postingan yang sudah kita buat dalam satu label.
Kendala lain muncul saat membuat postingan.
Agak sulit sekarang mengatur dan mengedit postingan di Blogspot. Termasuk ketika ingin menyelipkan gambar di tengah postingan.
Saat masukan gambar di tengah postingan dalam mode menulis, kadangkala gambar malah berada di akhir artikel atau di awal artikel, gak nurut.
Solusinya jika ingin memasukan gambar ditengah artikel maka harua merubah tampilan menulis ke mode html. Yang tidak terbiasa bekerja dalam mode html seperti saya ini pasti berimbas ke mata yang mudah berkunang-kunang.
Ketika mengedit postingan, ketika kita menekan enter untuk membuat satu paragraf baru di bagian awal artikel, maka tampilan langsung melompat ke akhir artikel sehingga kita harus menscrool lagi keatas untuk mendapat posisi artikel yang di edit tadi.
Kendala lain seperti fitur autosave yang sebenarnya cukup berguna tapi kadang membuat bingung dan bertakon-takon apakah artikel yang di edit sudah tersimpan atau belum.
Tidak ada kepastian, tombol simpan nya pun tetap menyala walaupun editan sudah tersimpan. Patokannya hanya gambar awan yang dicentang atau disilang. Kalau centang berarti sudah tersimpan tapi kalau silang berarti belum. Kitapun kadang tidak tahu apakah autosave nya jalan atau tidak. Karena untuk postingan yang sudah publish dan ketika di edit, kadang autosave nya tidak jalan otomatis.
Karena salah satu solusi untuk bisa menampilkan gambar thumbnail di related posts adalah harus mengedit satu persatu gambar yang ada di postingan.
Terlepas dari semua kekurangan atau kendala diatas, memang sudah waktunya Blogspot melakukan pembaruan karena tampilan yang selama ini digunakan audah cukup lama dan mungkin dianggap sudah tidak sesuai dengan kondisi jaman sekarang ini. Dan penambahan fitur Emoticon, sangat berguna membuat postingan lebih bervariasi.
Kebetulan saja saya agak kesulitan untuk berinterakai dengan dashboard blogspot yang baru, maka mungkin inilah saatnya bagi saya untuk pindah ke self host.
🔖Mulai Pindah ke Self Host
Meskipun sebenarnya, selfhost bukanlah hal baru bagi saya karena dahulu kala saya sudah pernah mencoba membangun blog di selfhost meskipun akhirnya harus kandas.
Salah satu yang cukup berkesan dari blog wordpress selfhost adalah tentang jumlah akun yang harus kita buat.
Setidaknya kita harus membuat akun di penyedia hosting selerti niagahoater, rumahweb, hostinger, domosquare, dll. Kemudian buat akun untuk cpanel, lalu akun untuk login wordpress tempat kita mengelola blog. Lalu jika kita menginstal plugin, ada beberapa plugin yang membutuhkan regristrasi seperti jetpack. Ntah bagaimana dengan teman teman tentang manajemen beberapa akun ini, apakah dibuat sama semuanya (nama dan passwordnya) atau berbeda-beda.
Kalau dibuat sama apakah tidak berbahaya jika ada yang memgetahuinya. Kalau dibuat berbeda, repot juga menghafalnya satu persatu.
Dan setelah menginstal CMS Wordpress, ternyata tampilan antar muka Wordpress pun baru saja mengalami pembaruan, tidak seperti tampilan yang saya kenal duluuu. Jadi agak kagok juga meskipun tidak kaget karena sebelum pindah ke selfhost saya memang harus banyak mempelajari hal-hal yang terkait dengan pngelolaan blog wordpress ini.
Untungnya wordpress menyediakan banyak kemudahan, beberapa kemudahan di blog Wordpress adalah kita hanya perlu menginstal plugin untuk berbagai keperluan. misalnya ingin buat halaman kontak - instal saja plugin, bikin tombol share - tinggal instal plugin, mau bikin apaaa saja tinggal instal plugin, mudah.
💥Hosting yang di gunakan
ohya, blog yang saya kelola ini menggunakan layanan hosting dari Domosquare dengan kapasitas 200 MB dan spek lainnya yang saya sebenarnya kurang paham membacanya. Pokoknya yang saya tau kapasitasnya 200 MB, harganya murah, gak sampai 10.000 sebulan daaan yang paling penting adalah.... bisa bayar bulanan.
Keliling-keliling saya cari hosting yang bisa bayar bulanan dan hanya Domosquare ini sepertinya yang pas dihati. Akhirnya saya sewa 3 bulan seharga 29.700 Rupiah, kurang 300 perak saja sudah jadi 30 ribu. Dengan kapasitas 200 MB, rasanya cukuplah buat belajar dan yang penting tidak merobek kantong.
Sebenarnya kalau cari hosting murah di bawah 10.000, banyak. Tapi yang menyediakan pilihan bayar bulanan, lumayan sulit dicari.
Jadi, blog wordpress yang saya kelola ini berjalan dengan lokasi hosting dan domain yang berbeda, Hosting di Domosquare tapi Domainnya di Rumahweb.
Perlu
sedikit pengaturan untuk mengaitkan hosting dan domain. Untuk
pengaturan ini sebenarnya tidak sulit, kita hanya perlu mengisikan
nameserver dari Domosquare atau tetap pakai nameserver dari Rumahweb dan kemudian IP address hosting yang detailnya dikirimkan lewat email yang kita daftarkan di Domosquare.
Untuk propagansinya lumayan memakan waktu agak lama, karena domain saya yang di rumahweb sudah pernah terkait dengan blogspot, jadi agak butuh waktu untuk propagansi, khususnya dikomputer yang saya pakai.
💥Mulai Migrasi
Setelah blog berhasil online mulailah melakukan migrasi dari blogspot ke wordpress. Saya hanya memindahkan postingan dari blogspot ke wordpress, sementara untuk trafiknya, saya biarkan. Karena saya bingung melakukannya, lagipula trafik blog ini selama di blogspot, belum mewah benar, 'b' saja.
Migrasinya tentu saja pakai plugin. Pertama backup postingan di blogspot, lalu instal plugin blogspot to wordpress dan jalankan. Ini sangat mudah, dan dalam sekejap postingan blogspot sudah pindah ke wordpress selfhost. Tapi ini tergantung jumlah postingannya juga. kalau ribuan post, bisa lama dan mungkin harus bertahap.Kebetulan blog Wepinfo.com ini baru 40-an artikel, jadinya cepat.
Setelah
artikel blog pindah ke selfhost, selanjutnya mengatur sana-sini,
termasuk merubah permalink menjadi khas Wordpres yang tanpa melibatkan bulan dan tahun. Akibatnya? pastilah brokenlink, kalau salah satu artikel blog yang sudah terindeks diakses dari mesin pencari maka akan ketemu halaman 404. its okay, i'm fine 😓😢.
💥Plugin apa saja yang di Instal dalam blog WP Self Host?
Saya sebagai pemula saja, sudah instal 10 plugin, bagaimana dengan yang sudah Pro yaa? lebih banyak atau malah lebih sedikit?. Dan plugin yang saya instal ini mungkin akan bertambah seiring waktu dan kebutuhan.
Sementara ini, plugin yang sudah saya instal adalah,
1. Yoast SEO
Plugin khusus untuk memaksimalkan SEO blog, menurut para master dan senior WP, jenis plugin ini adalah salah satu yang wajib diinstal. Plugin SEO banyak pilihannya, jadi terserah mau pilih yang mana.
2. Contact Form 7
Plugin yang dibutuhkan untuk membuat halaman kontak, yaa kali aja ada yang ingin endorse, bisa kontak-kontak lewat halaman ini.
3. Scheduled Post Trigger
Di Wordpress yang saya pakai, terjadi masalah missed scheduled untuk postingan yang sudah di jadwalkan. Jadi ketika jadwalnya tiba, ternyata si postingan yang seharusnya tampil malah tidak tayang alias missed. Untuk mengatasinya saya pakai plugin ini, dari alternatif lain yaitu menyisipkan script yang saya tidak yakin bisa melakukannya. Masalah ini katanya bisa disebabkan karena Wordpressnya atau hostingnya.
4. Ad Inserter
Plugin untuk memudahkan peletakan iklan, dengan ad inserter kita bisa menaruh iklan sesuka kita, apakah di tengah artikel, di paragraf kedua-ketiga-keempat-dst, atau setelah gambar, pokoknya bebas, terserah Anda.
5. GA Google Analytic
Plugin untuk mengintegrasikan blog dengan Google analytic agar lebih mudah memasukan kode Tracking ID dari Google Analytic sehingga kita bisa tahu statistic blog lewat Google analytic.
6. WP Statistic
Plugin ini juga untuk mengetahui statistic blog. Kalau di perhatikan, jumlah perhitungannya berbeda dengan Google analytic. Entah apakah perlu melihat kedua perhitungan statistic ini atau salah satu saja?. Sejauh ini saya memantau trafik blog lewat Google Analytic, WP Statictic dan Webmaster tool. Sebenarnya gak ngerti-ngerti amat sih arti angka-angkanya, cuma buat kesibukan saja, sok-sokan mantau trafik blog padahal trafiknya lumayan. #lumayan kurang berkesan 😂😀
Di WP Statistic, ada keterangan jumlah visits dan visitors, kira-kira apa bedanya ? 😀
7. Simple Share Buttons
Menampilkan tombol share button. Banyak pilihan plugin share button seperti ini namun menurut saya, ini yang lumayan simple. Yaa kali aja ada yang mau ngeshare artikel yang saya buat, biar gak bingung, tinggal klik, beres.
8. WP Optimize
Plugin untuk membantu bersih-bersih chace, file sampah dan membantu mengoptimalkan blog wordpress kita, yang paling penting bagi saya adalah soal space penyimpanan. Karena saya sewa hosting yang cuma 200 MB. Baru 50 artikel saja sudah makan space sekitar 125 MB. Tapi itu sudah dengan instalan WP dan plugin-pluginnya.
Karena menurut yang sudah berpengalaman di WP, satu postingan yang berupa tulisan saja, mungkin hanya menghabiskan 1KB kemudian ditambah gambar penunjang yang biasanya tidak lebih dari 100 KB. Jadi yaa anggap saja satu artikel, kapasitasnya 100KB. tergantung banyaknya gambar yaa, kalau banyak gambarnya yaa semakin besar ukurannya.
9. Kirki Customizer Framework
Saya tidak pasti tau benar fungsi plugin ini. plugin ini sepaket dengan theme Point yang saya pakai, jadi saya tidak berani menghapusnya meskipun tidak tau juga fungsinya.
10. Loginizer
Plugin security, sangat penting sekali untuk blog wordpress kita. Plugin ini juga sebenarnuya sepaket dengan template Point, jadi saya tidak menghapusnya karena fungsinya juga sangat vital. Seiring berjalannya waktu, saya pun mengganti template dengan yang lain, namun plugin Kirki dan Loginizer masih tetap terinstal, entah bagaimana seharusnya?😅
Itulah 10 plugin yang terinstal di blog wordpress yang saya bangun. Sebenarnya tidak langsung 10 plugin, namun secara bertahap. Awalnya saya hanya menginstal beberapa plugin wajib seperti Yoast, Share button dan Ad inserter. Kemudian seiring berjalannya waktu, bertemu beberapa kendala akhirnya bertambahlah satu persatu plugin yang terinstal hingga berjumlah 10.
Mungkin kedepannya akan bertambah plugin yang akan diinstal seperti plugin AMP atau mungkin akan ada plugin lain seiring berjalannya blog ini.
Untungnya kali ini saat menginstal plugin, semuanya bisa terinstal dengan mudah tidak ada plugin yang tidak bisa terinstal, seperti saat lalu baru pertama kali mencuba WP self-host.
💥Plugin Tambahan
Meskipunn trafik 'b' saja, tapi kalau ada yang masuk dari mesin pencari terus ketemu 404, sayang juga yaa. Dan akhirnya saya tahu kalau untuk urusan ini, ada plugin yang dapat mengatasinya, dan saya sudah menginstal plugin All 404 to homepage dan safe redirect manager. Jadi total plugin yang terinstal adalah 12.
"apakah harus sebanyak itukah?," entahlah "😅
Plugin all 404 to homepage berguna mengarahkan halaman 404 ke halaman utama dan sekaligus mendata halaman mana saja yang tidak ditemukan. Kemudian dari data yang di dapat oleh plugin 404 to homepage diarahkan ke tempat yang benar lewat bantuan plugin safe redirect manager. Ini cara kerja manual, saya yakin ada cara yang lebih mudah untuk uruasan direct-redirect ini, tapi saya tidak tau caranya 😄😅.
Oke next, urusan postingan ini belum selesai sebatas men-redirect, masih ada postingan lama yang dari blogspot perlu di edit karena susunannya amburadul dan sebagian tidak memunculkan thumbnail di related posts. Dan ada gambar yang tidak ikut terbawa bersamaan dengan artikelnya.
Kemudian pada postingan baru, gambar nya kok jadi terlihat blur yaa? padahal di komputer lumayan jernih meskipun kapasitasnya sudah di bawah 100 KB, tapi pas dimasukan kedalam postingan, jadinya kok malah agak kabur. Yaa gak kabur-kabur amat sih, hanya kabur saja dilihatnya.
Ini masih 'PR' mungkin ada plugin yang bisa mengatasinya.
Selain itu, masih banyak yang harus saya pelajari dan biasakan dalam tata kelola blog wordpress ini. Salah duanya adalah rutinitas mem-backup blog dan update CMS Wordpress beserta plugin-pluginnya. Belum sebulan saya mengelola Wordpress selfhost, sudah beberapa kali update Wordpress dan beberapa plugin.
Sedangkan untuk Template nya juga perlu di update berkala tergantung developernya, namun mungkin akan perlu melakukan sedikit penyesuaian lagi setelah update template, jika template yang di pakai sudah di modifikasi.
Contohnya seperti pada template yang saya pakai. Sebelum update, saya menyelipkan serangkaian kode diantara head, dan setelah di update, kode yang saya selipkan tersebut hilang. Jadi perlu memasukan kode lagi.
Jadi kalau anda pakai Wordpress dan akan mengupdate template sebaiknya perhatikan kode-kode/script yang sudah di tambahkan dalam template agar bisa memasangnya lagi. Atau membuat Child Theme yang jujur saja saya belum mengerti caranya buatnya dan juga belum tau mekanisme kerjanya.
💥Backup Blog Wordpress
Awalnya yang saya tahu, backup blog wordpress tidak sesederhana blogspot. Setidaknya ada 4 file yang harus diunduh ke komputer untuk di backup. Sebenarnya bisa sih pakai plugin, tapi masa' semuanya harus pakai plugin. Yaa... Kalau bisa tanpa plugin kan lumayan. Ehh.., tapi sebenarnya plugin ini menghabiskan space banyak gak sih??.
Dan akhirnya saya menemukan cara termudah untuk backup postingan wordpress yaitu lewat menu Export. Cara ini ternyata lebih mudah dan data yang di backup bisa kita upload ke blogspot kalau memang suatu saat ingin kembali ke blogspot karena berbagai alasan. Salah satunya mungkin alasan biaya. 😜
🔖Akhir Kata
Yaa..., Begitulah cerita saya migrasi blog dari blogspot ke wordpress. Tapi bukan berarti saya benar-benar meninggalkan blogspot. Blog capuraca.com ini tetap pakai blogspot. Karena biar bagaimanapun, blogspot tetap jadi salah satu CMS yang populer, setidaknya di Indonesia. Dan yang penting, pakai blogspot, gratis. Dan antara Blogspot dan Wordpress tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Blog Wepinfo.com adalah blog yang baru saya rintis yang awalnya masih menggunakan blogspot namun kemudian migrasi ke wordpress.
Kontennya? lebih cenderung gado-gado
Targetnya? tanpa target, suka suka nulis aja.
Biaya operasionalnya? Ini yang agak bikin nyesek. Untuk sementara, biaya operasionalnya dari penghasilan offline. Semoga nanti blog ini bisa "menghidupi" dirinya sendiri, sukur-sukur kalau ada lebihnya buat saya 😀😃.
Mungkin inilah saat nya untuk pindah ke self host atau mungkin juga tidak, karena pastinya akan berat di ongkos. 😅
Masalahnya, kalau pakai Wordpress self host, kita juga harus perhitungan dengan postingan yang akan dibuat. Tidak bisa kita posting secara seporadis setiap hari untuk mengejar kuantitas. Karena semakin banyak postingan maka semakin besar space yang dibutuhkan.
Apalagi hosting saya ini hanya 200 MB, kalau perhitungan kasarnya mungkin bisa menampung maksimal 100-150 postingan bergambar. Dengan kapasitas rata-rata tiap gambar adalah 50-100 KB. Kalau mau bikin artikel lebih banyak lagi, yaa otomatis upgrade hosting, dan upgrade ongkos sewa juga. 😖😅