Apakah Anda pernah meperhatikan gerakan pembalap Motogp saat berakselerasi dan melakukan perpindahan gigi.
Ada hal yang berbeda dalam proses perpindahan gigi di motor motoGP, anda akan melihat pembalap menekan tuas perseneling untuk menambah gigi dan mencukit tuas untuk mengurangi gear.
Yaa.. di Motor MotoGP menerapkan mekanisme gear terbalik dibanding motor “normal”.
Pada motor umumnya, masuk gigi satu dengan menekan tuas, kemudian 2, 3, 4, 5 dst dengan mencukit tuas perseneling.
Di Motor Motogp kondisinya terbalik, masuk gear satu dengan gerakan mencukit tuas perseneleng sedangkan 2 – 6 dengan menekan tuas perseneling. Sistem ini biasa juga disebut dengan nama GP Shifter, Race Shifter atau reverse shifter.
Jika menggunakan mekanisme normal, maka ketika masuk tikungan, ujung kaki harus stanby di bawah tuas untuk persiapan oper gigi ke lebih tinggi saat mulai keluar tikungan.
Pada saat menikung kekiri maka tidak cukup ruang antara aspal dan tuas perseneling untuk menyelipkan ujung sepatu, selain itu gerakan mencukit untuk menaikan gear saat menikung akan membuat gerakan tubuh yang tidak efisien dan berpotensi mengganggu kestabilan motor.
Lebih mudah bergerak menginjak tuas perseneling dari pada mencukitnya itulah salah satu alasan mengapa mekanisme ini digunakan pada motor balap khususnya motor MotoGP.
Mengingat pada setiap balapan, para pembalap motogp melakukan perpindahan gigi kurang lebih sebanyak 600 kali perpindahan gigi.
Hal ini tentu akan sangat melelahkan apalagi jika harus melakukan gerakan perpindahan gigi yang berpotensi mencedarai engkel jika tetap menggunakan mekanisme oper gigi standar. Ditambah lagi kemungkinan miss karena kekuatan mencukit tidak cukup untuk membuat gear berpindah posisi.
Mengingat pentingnya kecepatan dan ketepatan perpindahan gigi saat berakselerasi khususnya di trek lurus. Maka teknologi perpindahan daya pada motor motogp didukung teknologi tinggi yang membuatnya tidak perlu lagi menarik tuas kopling dan menurunkan gas ketika mengoper gigi ke gear lebih tinggi.
Hal ini dimungkinkan karena penggunaan teknologi seamless gearbox dan sistem ECU yang cukup rumit. Saat perpindahan gigi tertjadi maka sensor mendeteksinya dan kemudian diolah oleh ECU yang kemudian memutus aliran listrik ke busi dan memutus suplai bahan bakar ke mesin. Proses ini terjadi sepersekian detik, sehingga menghasilkan perpindahan gigi yang halus dan lebih cepat.
Kecuali saat oper gigi ke posisi terendah ketika akan memasuki tikungan maka tetap harus menarik kopling, karena biasanya saat akan memasuki tikungan posisi gear akan turun dua tingkat atau lebih, misalnya dari gear 6 ke 4 atau 3 tergantung sudut tikungan.
Selain itu saat memasuk tikungan bisanya pembalap akan menahan putaran mesin pada RPM tertentu agar ketika keluar tikungan, mesin sudah siap diajak berakselerasi.
Itulah sedikit informasi mengapa perpindahan gigi di motor motoGP dibuat terbalik dari pada versi jalanan.
Meskipun secara konstruksi tidak ada yang istimewa karena motor biasa pun bisa dirubah menjadi ala motogp dengan mudah bila mau. Semoga bermanfaat.
Ada hal yang berbeda dalam proses perpindahan gigi di motor motoGP, anda akan melihat pembalap menekan tuas perseneling untuk menambah gigi dan mencukit tuas untuk mengurangi gear.
Yaa.. di Motor MotoGP menerapkan mekanisme gear terbalik dibanding motor “normal”.
Pada motor umumnya, masuk gigi satu dengan menekan tuas, kemudian 2, 3, 4, 5 dst dengan mencukit tuas perseneling.
Di Motor Motogp kondisinya terbalik, masuk gear satu dengan gerakan mencukit tuas perseneleng sedangkan 2 – 6 dengan menekan tuas perseneling. Sistem ini biasa juga disebut dengan nama GP Shifter, Race Shifter atau reverse shifter.
Jika menggunakan mekanisme normal, maka ketika masuk tikungan, ujung kaki harus stanby di bawah tuas untuk persiapan oper gigi ke lebih tinggi saat mulai keluar tikungan.
Pada saat menikung kekiri maka tidak cukup ruang antara aspal dan tuas perseneling untuk menyelipkan ujung sepatu, selain itu gerakan mencukit untuk menaikan gear saat menikung akan membuat gerakan tubuh yang tidak efisien dan berpotensi mengganggu kestabilan motor.
Lebih mudah bergerak menginjak tuas perseneling dari pada mencukitnya itulah salah satu alasan mengapa mekanisme ini digunakan pada motor balap khususnya motor MotoGP.
Mengingat pada setiap balapan, para pembalap motogp melakukan perpindahan gigi kurang lebih sebanyak 600 kali perpindahan gigi.
Hal ini tentu akan sangat melelahkan apalagi jika harus melakukan gerakan perpindahan gigi yang berpotensi mencedarai engkel jika tetap menggunakan mekanisme oper gigi standar. Ditambah lagi kemungkinan miss karena kekuatan mencukit tidak cukup untuk membuat gear berpindah posisi.
Mengingat pentingnya kecepatan dan ketepatan perpindahan gigi saat berakselerasi khususnya di trek lurus. Maka teknologi perpindahan daya pada motor motogp didukung teknologi tinggi yang membuatnya tidak perlu lagi menarik tuas kopling dan menurunkan gas ketika mengoper gigi ke gear lebih tinggi.
Hal ini dimungkinkan karena penggunaan teknologi seamless gearbox dan sistem ECU yang cukup rumit. Saat perpindahan gigi tertjadi maka sensor mendeteksinya dan kemudian diolah oleh ECU yang kemudian memutus aliran listrik ke busi dan memutus suplai bahan bakar ke mesin. Proses ini terjadi sepersekian detik, sehingga menghasilkan perpindahan gigi yang halus dan lebih cepat.
Kecuali saat oper gigi ke posisi terendah ketika akan memasuki tikungan maka tetap harus menarik kopling, karena biasanya saat akan memasuki tikungan posisi gear akan turun dua tingkat atau lebih, misalnya dari gear 6 ke 4 atau 3 tergantung sudut tikungan.
Selain itu saat memasuk tikungan bisanya pembalap akan menahan putaran mesin pada RPM tertentu agar ketika keluar tikungan, mesin sudah siap diajak berakselerasi.
Itulah sedikit informasi mengapa perpindahan gigi di motor motoGP dibuat terbalik dari pada versi jalanan.
Meskipun secara konstruksi tidak ada yang istimewa karena motor biasa pun bisa dirubah menjadi ala motogp dengan mudah bila mau. Semoga bermanfaat.