Motogp merupakan salah satu olahraga otomotif yang membutuhkan konsentrasi dan kondisi fisik yang prima.
Perbedaan nol koma nol sekian detik saja sangat berarti di ajang yang mengandalkan kecepatan motor dan skill pembalap ini.
Selain harus beradu cepat dengan pembalap lain, rider motogp juga harus beradaptasi dengan kondisi sirkuit yang bisa saja sangat unpredictable.
Beberapa sirkuit memiliki layout yang sangat menantang, ada juga yang memiliki letak geografis yang mempengaruhi pencernaan.
Beberapa sirkuit memiliki titik tertentu yang memberikan kesulitan tersendiri bagi setiap pembalap.
Sirkuit dengan Top Speed Maksimum
Top speed maksimum yang dapat diraih motor motogp adalah 350.5 km/h dan kecepatan ini tercatat di sirkuit Losail Qatar oleh Marq Marques di tahun 2015 lalu. Hanya selisih 0.5km/h dari catatan waktu Andrea Ianone yang tercatat di Mugello Italia.
Seri Qatar yang di gelar malam hari juga memberi tantangan tersendiri bagi motor dan pembalap. Ditambah pasir gurun yang bisa saja menghiasi aspal sirkuit membuat sirkuit ini cukup abrasive bagi ban motogp.
Pengereman tersulit
Mengintip catatan Brembo di MotoGP, Brembo mencatatkan secara teknis pengereman di motoGp menjadi informasi yang menarik sekaligus mencengangkan.
Mengurangi kecepatan dari 350km/h ke 100km/h membutuhkan tenaga ekstra dan berdampak terhadap beban yang harus mampu di tumpu oleh setiap pembalap Motogp
Balapan motogp tidak melulu tentang kecepatan, deakselerasi dalam proses hard braking menjadi tantangan tersendiri bagi setiap pembalap motogp. Saat pengereman, pembalap motogp merasakan kekuatan 1.1 sampai 1.5G.
Seperti yang terjadi di sirkuit Qatar, pembalap akan merasakan tekanan hingga 1.2G pada tikungan pertama setelah berakselerasi sejauh 265m dengan kecepatan maksimum 350km/h turun menjadi 100km/h ketika pengereman untuk masuk ketikungan.
Efek G force
Secara teknis bukan tingkat kekuatan G dirasakan oleh semua pengendara motogp dalam perlombaan, tapi ada satu yang patut dicatat untuk skala perbandingan.
Saat uji coba ban Michelin di awal musim 2016, Loris Baz mengalami kecelakaan di trek lurus sirkuit Sepang International Circuit, Malaysia, dimana ban belakangnya tiba-tiba pecah.
Ketika itu ia merasakan tekanan hingga 29.9G di bahunya ketika membentur pengaman di pinggir lintasan.
Sebagai perbandingan. Pilot pesawat tempur F-16 dapat mempertahankan kekuatan tekanan hingga 9G dalam waktu yang terbatas.
Kerja rem terberat
Twin Ring Montegi, Jepang tercatat sebagai The Hardest Braking dengan jumlah pengereman terbanyak selama balapan.
Casey Stoner dan Lorenzo pernah mengajukan permohonan untuk memboikot GP Jepang pada tahun 2011 menyusul kekhawatiran adanya radiasi dari reaktor nuklir Fukushima Daiichi Nuclear Power Plant akibat gempa yang mengguncang Jepang kala itu .
Sirkuit Valencia juga termasuk sirkuit dengan sesi pengereman terbanyak. Setidaknya terjadi sekitar 240 kali sesi pengereman selama balapan berlangsung.
Perangkat Rem memiliki catatan tersendiri di motoGP. Rem berbahan karbon buatan Brembo dapat bekerja optimal pada suhu 200 derajat celsius dan mampu bekerja hingga 800 derajat celsius, lebih dari setengah dibanding suhu rem yang dicapai motor supersport.
Itulah sebabnya sebelum balapan dimulai, motor motogp harus melalui warm up lap untuk mengoptomalkan suhu kerja berbagai komponen seperti ban, rem dan lain-lain.
Sirkuit “Pengocok perut”
Sirkuit yang memiliki karakteristik cukup menantang bagi pembalap motogp, terdapat trek menajak, menurun, tikungan cepat, tikungan putar balik (hairpin) ditambah lagi perbedaan permukaan antara sisi terendah dan sisi tertinggi sirkuit mencapai 41m
Ketinggian yang berbeda pada sirkuit COTA (Circuit of The Americas) yang mencapai 41m melewati trek yang naik turun membutuhkan kondisi fisik dan sistem pencernaan yang prima. Pernahkah anda merasakan saat melewati kontur jalan yang naik turn dengan kecepatan 80-100km/h terasa mengocok perut bukan.
Sirkuit dengan Tikungan cepat
Meskipun sirkuit ini sudah tidak masuk dalam agenda motogp, tapi Indianapolis Motor Speedway memiliki karakteristik yang sangat menantang.
Tikungan yang sangat cepat kekiri di Turn 1 dan kemudian melakukan hard braking sambil merubah arah motor kekanan untuk masuk di tikungan 2.
Trek lurusnya bisa mencapai 300km/h kemudian memasuki tikungan 1 yang di libas dengan kecepatan 140km/h kemudian masuk tikungan 2 di posisi 75km/h masuk tikungan 3 dan 4 di kisaran 55km/h dan tikungan cepat pun dimulai.
Tikungan cepatnya membentuk curva yang di lalui dengan kecepatan sekitar 200km/h, Layout sirkuit seperti ini butuh fisik prima dan konsentrasi yang tinggi.
Perbedaan nol koma nol sekian detik saja sangat berarti di ajang yang mengandalkan kecepatan motor dan skill pembalap ini.
Selain harus beradu cepat dengan pembalap lain, rider motogp juga harus beradaptasi dengan kondisi sirkuit yang bisa saja sangat unpredictable.
Beberapa sirkuit memiliki layout yang sangat menantang, ada juga yang memiliki letak geografis yang mempengaruhi pencernaan.
Beberapa sirkuit memiliki titik tertentu yang memberikan kesulitan tersendiri bagi setiap pembalap.
Sirkuit dengan Top Speed Maksimum
Top speed maksimum yang dapat diraih motor motogp adalah 350.5 km/h dan kecepatan ini tercatat di sirkuit Losail Qatar oleh Marq Marques di tahun 2015 lalu. Hanya selisih 0.5km/h dari catatan waktu Andrea Ianone yang tercatat di Mugello Italia.
Seri Qatar yang di gelar malam hari juga memberi tantangan tersendiri bagi motor dan pembalap. Ditambah pasir gurun yang bisa saja menghiasi aspal sirkuit membuat sirkuit ini cukup abrasive bagi ban motogp.
Pengereman tersulit
Mengintip catatan Brembo di MotoGP, Brembo mencatatkan secara teknis pengereman di motoGp menjadi informasi yang menarik sekaligus mencengangkan.
Mengurangi kecepatan dari 350km/h ke 100km/h membutuhkan tenaga ekstra dan berdampak terhadap beban yang harus mampu di tumpu oleh setiap pembalap Motogp
Balapan motogp tidak melulu tentang kecepatan, deakselerasi dalam proses hard braking menjadi tantangan tersendiri bagi setiap pembalap motogp. Saat pengereman, pembalap motogp merasakan kekuatan 1.1 sampai 1.5G.
Seperti yang terjadi di sirkuit Qatar, pembalap akan merasakan tekanan hingga 1.2G pada tikungan pertama setelah berakselerasi sejauh 265m dengan kecepatan maksimum 350km/h turun menjadi 100km/h ketika pengereman untuk masuk ketikungan.
Efek G force
Secara teknis bukan tingkat kekuatan G dirasakan oleh semua pengendara motogp dalam perlombaan, tapi ada satu yang patut dicatat untuk skala perbandingan.
Saat uji coba ban Michelin di awal musim 2016, Loris Baz mengalami kecelakaan di trek lurus sirkuit Sepang International Circuit, Malaysia, dimana ban belakangnya tiba-tiba pecah.
Ketika itu ia merasakan tekanan hingga 29.9G di bahunya ketika membentur pengaman di pinggir lintasan.
Sebagai perbandingan. Pilot pesawat tempur F-16 dapat mempertahankan kekuatan tekanan hingga 9G dalam waktu yang terbatas.
Kerja rem terberat
Twin Ring Montegi, Jepang tercatat sebagai The Hardest Braking dengan jumlah pengereman terbanyak selama balapan.
Casey Stoner dan Lorenzo pernah mengajukan permohonan untuk memboikot GP Jepang pada tahun 2011 menyusul kekhawatiran adanya radiasi dari reaktor nuklir Fukushima Daiichi Nuclear Power Plant akibat gempa yang mengguncang Jepang kala itu .
Sirkuit Valencia juga termasuk sirkuit dengan sesi pengereman terbanyak. Setidaknya terjadi sekitar 240 kali sesi pengereman selama balapan berlangsung.
Perangkat Rem memiliki catatan tersendiri di motoGP. Rem berbahan karbon buatan Brembo dapat bekerja optimal pada suhu 200 derajat celsius dan mampu bekerja hingga 800 derajat celsius, lebih dari setengah dibanding suhu rem yang dicapai motor supersport.
Itulah sebabnya sebelum balapan dimulai, motor motogp harus melalui warm up lap untuk mengoptomalkan suhu kerja berbagai komponen seperti ban, rem dan lain-lain.
Sirkuit “Pengocok perut”
Sirkuit yang memiliki karakteristik cukup menantang bagi pembalap motogp, terdapat trek menajak, menurun, tikungan cepat, tikungan putar balik (hairpin) ditambah lagi perbedaan permukaan antara sisi terendah dan sisi tertinggi sirkuit mencapai 41m
Ketinggian yang berbeda pada sirkuit COTA (Circuit of The Americas) yang mencapai 41m melewati trek yang naik turun membutuhkan kondisi fisik dan sistem pencernaan yang prima. Pernahkah anda merasakan saat melewati kontur jalan yang naik turn dengan kecepatan 80-100km/h terasa mengocok perut bukan.
Sirkuit dengan Tikungan cepat
Meskipun sirkuit ini sudah tidak masuk dalam agenda motogp, tapi Indianapolis Motor Speedway memiliki karakteristik yang sangat menantang.
Tikungan yang sangat cepat kekiri di Turn 1 dan kemudian melakukan hard braking sambil merubah arah motor kekanan untuk masuk di tikungan 2.
Trek lurusnya bisa mencapai 300km/h kemudian memasuki tikungan 1 yang di libas dengan kecepatan 140km/h kemudian masuk tikungan 2 di posisi 75km/h masuk tikungan 3 dan 4 di kisaran 55km/h dan tikungan cepat pun dimulai.
Tikungan cepatnya membentuk curva yang di lalui dengan kecepatan sekitar 200km/h, Layout sirkuit seperti ini butuh fisik prima dan konsentrasi yang tinggi.