Cemilan tradisional yang tak lekang oleh waktu

Dari waktu ke waktu semakin banyak bermunculan berbagai jenis camilan kreasi baru ataupun hasil “import” dari jajanan luar-negeri yang dikemas dengan strategi marketing yang mumpuni sehingga membuat camilan tradisional semakin terpinggir.

Namun meski begitu, camilan tradisional masih tetap bertahan ditengah gempuran jajanan luar yang tampil lebih menarik, lebih berwarna dan imagenya lebih elegan.

Beberapa kalangan mungkin akan merasa canggung ketika harus menyantap camilan tradisional karena khawatir dianggap tidak kekinian. Padahal camilan tradisional lebih natural, dibuat dengan bahan alami dan mengenyangkan.

Kita lupakan saja tren kekinian yang mulai mengusik camilan tradisional, berikut beberapa camilan tradisional yang tak lekang oleh waktu dan tetap dicari.

1. Nagasari

Meskipun menggunakan nama naga tapi nagasari sama-sekali tidak terlihat bagaikan naga. Bahkan, rasa manis dan lembutnya pun sama-sekali tidak menyiratkan sosok naga yang biasa digambarkan sangar dan memiliki semburan api yang panasss.

“Tapi itukan naga api, kalau naga air? terus airnya air susu?.. bagaimana?.”

Nagasari atau biasa juga disebut nogosari merupakan makanan yang berisi pisang dibalut adonan tepung beras, tepung tapioka, santan dan beberapa bahan lainnya. Adonan tersebut kemudian di bungkus daun pisang dan di kukus.

Nagasari menjadi salah satu camilan tradisional yang tak lekang oleh waktu dan tetap dicari karena proses pembuatannya mudah dengan bahan sederhana dan rasa serta tekstur-nya cocok bagi kebanyakan lidah orang Indonesia.


2. Onde-onde

Siapa yang tak kenal jajanan yang satu ini. Camilan berbahan dasar ketan yang berbentuk bulat yang ditaburi wijen dibagian luarnya.

Onde-onde memiliki beragam variasi isian didalamnya, secara “default” onde-onde berisi kacang hijau yang sudah di rebus bersama daun pandan dan gula. Namun ada juga onde-onde yang berisi kacang merah, telur asin, cokelat dll.

Onde-onde juga hadir dalam bentuk mini sehingga sangat cocok buat cemilan di pagi hari atau saat istirahat di jam kerja.


3. Klepon

Klepon hampir sama dengan onde-onde, bentuk bulat dengan isian yang membuat efek meledak di mulut. Hanya saja klepon di balur parutan kelapa pada bagian luarnya dan diisi gula merah didalamnya.

Kulitnya berbahan beras ketan yang kenyal dengan kombinasi gula merah yeng meleleh di mulut membuat klepon menjadi jajanan yang tak lekang oleh jaman.

Klepon masih menjadi camilan favorit di saat senggang bahkan masih sering ditemukan sebagai sajian di acara-acara keluarga atau acara pertemuan atau acara kumpul-kumpul lainnya.

Hati-hati saat makan klepon, karena gula merah yang meleleh dalam mulut bisa saja membuat anda salah tingkah. Klepon yang sangat nikmat dimakan selagi hangat ini masih tetap dicari di berbagai kesempatan.

Mengkonsumsi klepon jangan setengah-setengah. Karena ukurannya yang kecil klepon harus langsung dimasukan kedalam mulut dengan kondisi utuh dan jangan buka mulut lagi. Jika anda buka mulut atau makan klepon setengah-setengah, tanggung sendiri akibatnya :)

klepon Cemilan tradisional


4. Lemper

Lemper, salah satu camilan tradisional yang memanfaatkan daun pisang muda sebagai bungkusnya. Namun dengan semakin sulitnya daun pisang ditemukan karena semakin sempitnya lahan kosong yang biasa dijadikan tempat bertumbuh pohon pisang.

Maka bungkus lemper sudah mulai menggunakan bahan plastik yang dimotif layaknya daun pisang sebagai bungkusnya.

Meskipun begitu lemper tetap nikmat dijadikan camilan yang mengenyangkan. Lemper terbuat dari ketan putih yang dibentuk bulat silinder kemudian diisi abon, suiran daging ayam atau ikan yang biasanya dibumbu agak pedas.


5. Kue lapis

Kue ini terdiri dari beberapa lapisan warna, mirip seperti rainbow cake yang berwarna warni hanya saja bahan pembuatnya berbeda. Kue lapis biasanya menggunakan kombinasi warna hijau-putih, cokelat-putih, atau kombinasi berbagai warna.

Kue lapis masih menjadi camilan tradisional yang tak lekang oleh jaman dan tetap dicari. Kua lapis dapat dinikmati layer per layer atau sekaligus yang biasanya disajikan dalam potongan kotak persegi panjang sekitar 7x4cm dengan ketebalan 1cm.

kue tradisional


Itulah beberapa camilan tradisional dari sekian banyak yang masih bertahan di tengah gempuran jajanan “import” yang dikemas, di branding dan dipasarkan dengan strategi marketing yang matang dengan dukungan management yang canggih hingga membuatnya mulai mengusik camilan lokal.